Blogger templates

Pages

27 September 2012

Cerita Tentang Kita II | Sebuah Ikatan, Chapter - 4


Ini dia yang baru. Maap rada panjang, terus belepotan banget, terus ceritanya kurang asyik. Soalnya lagi banyak kerjaan.. hehe (alibi). Yuk dibaca... ^^.

Cerita Tentang Kita II | Sebuah Ikatan, Chapter - 4

Emily, Liana, dan Gea sedang berjalan menuju kantin kampus. Mereka masih membahas masalah tugas Liana yang tinggal sedikit lagi selesai. Sesekali mereka membicarakan hubungan Evan-Alea dan Kenzo-Emily.
“Eh, kak Evan sama Alea udah jadian belom sih? Kok kayaknya mereka sekarang sering ketemu gitu?” tanya Liana ke teman-temannya.
“Kayaknya belum deh Li. Kalopun udah pasti dia bakal cerita ke kita dong.” Kata Emily.
“Iya juga ya. Eh, terus loe sama kak Kenzo gimana Mily?” tanya Liana ke Emily.
“Apaan sih Li. Kan belum tentu juga kak Kenzo suka sama gue.” Jawab Emily berusaha mengelak.
“Nah, berarti loe emang suka sama kak Kenzo kan?” tanya Liana dengan nada menggoda.
“Dasar kepo loe.” Jawab Emily sewot. Liana dan Gea pun tertawa.
Saat sedang asyik ngobrol dan bercanda, tiba-tiba ada seseorang yang menabrak Liana dari belakang. Liana dan orang itu pun terjatuh. Emily dan Gea pun segera membantu Liana yang kesakitan. Setelah kembali berdiri, Liana langsung mendatangi orang sudah menabraknya yang sedang sibuk merapikan bajunya.
“Eh, kalo jalan pake mata dong.” Kata Liana galak. Setelah orang itu menoleh, ternyata Wayan yang sudah menabraknya.
“Eh, singa. Biasa aja dong jangan teriak-teriak gitu. Gue juga jatuh nih.” Kata Wayan membela dirinya. Dia sama sekali tak menatap Liana karena masih sibuk membersihkan baju dan celananya yang kotor karena terjatuh.
“Biasa gimana? Loe tu yang seenaknya lari-larian gak liat depan.” Kata Liana menyerang Wayan.
“Wow wow. Kenapa nih kok seru banget? Ada apaan ni?” tanya Tara yang tiba-tiba datang dari arah belakang Wayan.
“Nih, cewek singa. Gue kan gak sengaja nabrak karena gak bisa ngerem.” Kata Wayan menunjuk Liana.
“Singa? Maksud loe apaan kak?” tanya Liana galak.
“Tuh, liat galaknya kayak singa kan.” Kata Wayan.
“Udah udah. Tadi yang nabrak siapa?” tanya Tara.
“Gue.” Jawab Wayan singkat.
“Yaudah. Sekarang loe minta maaf ke Liana deh Yan. Kan loe yang nabrak, berarti loe yang salah. Buruan.” Kata Tara ke Wayan.
“Enak aja. Gue kan gak sengaja. Lagian dia juga ngomong kayak gitu. Galaknya gak kira-kira. Ogah gue.” Kata Wayan.
“Dasar loe kayak anak kecil Yan. Liana, maafin Wayan ya. Tadi dia emang larinya gak kira-kira jadi nabrak loe. Maafin dia ya.” Kata Tara ke Liana. Tampak wajah Liana masih diselimuti kemarahan.
“Udah yuk Li. Kita ke kantin aja.” Ajak Gea. Emily pun merespon dengan menarik Liana pergi. Tampak tatapan tajam Liana dan Wayan yang saling beradu, menyebabkan aliran elektron yang berputar-putar membentuk angin puting beliung. Tara pun bergegas mengajak Wayan pergi.
“Siapa sih tu cewek?” tanya Wayan ke Tara.
“Liana, temennya Alea, adiknya Kenzo.” Jawab Tara.
“Gila ya. Si Alea punya temen galak kayak singa.” Kata Wayan.
“Haha. Biasa aja kali Yan. Loe tadi juga gak kalah galak.” Kata Tara bercanda.
***
Kenzo baru saja sampai rumah setelah melakukan kontrol ke dokter. Dia merebahkan dirinya di sofa sambil mendengarkan musik dari iPod kesayangannya. Karena merasa haus, dia beranjak ke dapur untuk mengambil air minum di kulkas. Gurat wajahnya begitu lesu tak bersemangat. Setelah itu, dia kembali ke sofa untuk istirahat. Saat akan tertidur, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Sekali dua kali, Kenzo tak menghiraukannya. Tapi akhirnya dia merasa terganggu karena berkali-kali ketukan pintu.
“Aduh, siapa sih ni.” Gerutu Kenzo. Dia pun bergegas membukakan pintu.
“Siapa ni? Ada keperluan apa?” tanya Kenzo sambil mengucek kedua matanya. Sehingga dia tidak memperhatikan siapa yang berada di depannya. Orang yang ada di depan Kenzo itupun hanya tersenyum. Tiba-tiba mengulurkan tangan kemudian mengacak-acak rambut Kenzo. Mendapat perlakuan seperti itu, Kenzo pun kaget. Dia pun menatap orang itu.
“Mama!!” teriak Kenzo kemudian memeluk orang yang ternyata Mamanya. Beliaupun menyambut pelukan Kenzo dengan hangat.
“Mama kapan dateng? Kok gak ngasih kabar dulu? Papa mana?” tanya Kenzo.
“Mama sengaja mau kasih kejutan sayang. Papa gak ikut, lagi ngerjain proyek di sana.” Jawab Mama Kenzo lembut.
“Yaudah, masuk yuk Ma. Kenzo mau telpon Alea dulu. Mau ngasih kabar kalo Mama pulang.” Kata Kenzo. Mereka berdua pun masuk. Saat Kenzo akan menelpon Alea, tiba-tiba Mama mencegahnya.
“Lho. Kenapa Ma?” tanya Kenzo.
“Jangan. Eh, Kenzo, kamu inget kan besok tanggal berapa?” tanya Mama.
“27 September?” jawab Kenzo.
“Terus, kalo 27 September?” tanya Mama lagi. Kenzo pun mengernyitkan dahinya berusaha mengingat sesuatu. Kemudian dia teringat sesuatu.
“Ulang taunnya Alea!!” teriak Kenzo. Mama Kenzo pun tersenyum.
“Nah, Mama sengaja pulang buat ngasih kejutan buat dia. Tapi sayangnya, Papa malah gak bisa dateng.” Kata Mama Kenzo.
“Tapi Ma. Hari Jumat, Alea ada acara makrab jadi gak di rumah.” Kata Kenzo menjelaskan ke Mamanya.
“Yah. Terus gimana dong sayang?” tanya Mama agak kecewa.
“Emm. Gampang deh, nanti Kenzo yang atur. Pokoknya Mama siapin aja kejutannya. Besok malem, kita kasih ke Alea.” Jawab Kenzo dengan wajah yakin. Melihat raut wajah Kenzo, Mama pun tersenyum. Dalam hati, beliau percaya dengan apa yang direncanakan Kenzo.
“Oiya. Kamu udah makan belum?” tanya Mama.
“Hehe. Belum Ma. Males masak.” Jawab Kenzo sambil nyengir.
“Idih. Anak Mama yang satu ini kok malesnya gak ilang-ilang sih. Yaudah, Mama masakin dulu.” Kata Mama sambil mengacak-acak rambut Kenzo. Kemudian melangkah ke dapur.
***
“Temen-temen, aku duluan ya.” Kata Alea pamit ke teman-temannya.
“Ok Al. Ati-ati ya.” Kata Emily. Gea dan Liana melambaikan tangannya. Alea pun tersenyum. Hari ini Alea ingin pulang lebih cepat untuk bertemu kakaknya. Dia tidak ikut ke rumah Emily untuk menyelesaikan tugas Liana. Saat akan keluar pintu gerbang, ada seseorang yang menghampirinya dengan motor.
“Bareng yuk Al.” kata orang itu yang ternyata Wisnu. Alea kaget.
“Eh, Wisnu. Gak ah kan rumah kita beda arah.” Kata Alea mencoba menolak.
“Udah gakpapa. Yuk.” Ajak Wisnu lagi. Tapi Alea berkeras menolak.
“Yaudah kalo gitu. Gue duluan ya.” Kata Wisnu dengan nada kecewa. Kemudian memacu motornya. Alea pun kembali berjalan. Hari ini Kenzo tidak masuk sehingga Alea harus pulang sendiri. Dan sudah menjadi kebiasaannya di Jepang, berjalan kaki pulang daripada naik angkutan umum semacam bus.
“Al.” ada yang memanggil Alea dari arah belakang. Alea pun menoleh.
“Kak Evan, dari mana?” tanya Alea.
“Dari swalayan, belanja. Oiya, kamu kok jalan kaki?” tanya Evan.
“Kan kak Kenzo gak masuk kak. Yaudah, aku pulang sendiri.” Jawab Alea enteng.
“Bareng yuk.” Ajak Evan. Alea hampir melompat mendapat ajakan dari Evan. Alea pun tak menjawab.
“Kamu tunggu sini bentar, aku ambil motor dulu.” Kata Evan. Tak berapa lama, Evan sudah kembali dengan motornya.
“Yuk.” Ajak Evan. Dengan malu-malu, Alea naik membonceng Evan. Sepanjang jalan, Evan mengajak Alea ngobrol dan bercanda. Mereka berdua pun sesekali cekikikan.
Tak berapa lama, mereka sampai di rumah Alea.
“Makasih ya kak, udah dianterin. Yuk masuk dulu.” Ajak Alea.
“Sama-sama Al. gak ah, ni belanjaannya udah ditungguin bundaku.” Kata Evan.
“Yaudah kalo gitu. Ati-ati ya kak.” Kata Alea. Evan pun segera pergi. Alea masuk ke rumah, kemudian duduk di samping Kenzo yang sedang menonton TV.
“Al, tadi bareng sama siapa?” tanya Kenzo.
“Kak Evan, kak.” Jawab Alea malu-malu.
“Ciee. Asik-asik.” Kata Kenzo menggoda Alea.
“Aduh, apaan siih Al.” kata Kenzo memegangi hidungnya yang dicubit Alea.
“Kakak sih, makanya jangan ngegodain Alea terus. Daripada ngegodain Alea, mending si Mily aja yang digodain.” Kata Alea kemudian tertawa.
“Kamu ya.” Kenzo kemudian mengacak-acak rambut Alea. Mereka berdua tampak sangat akur. Dari dalam kamar tepat di belakang Kenzo dan Alea, Mama melihat kedua buah hatinya yang telah beranjak dewasa itu dengan senyum bahagia. Beliau sengaja bersembunyi karena ingin memberikan kejutan tepat saat hari ulang tahun Alea.
“Andai aja Papa mau ikut Mama pulang.” Kata Mama lirih.
“Udah ah, aku mau ambil minum dulu.” Kata Alea kemudian berjalan ke dapur. Sesampainya di dapur, dia melihat meja makan yang berisi makanan. Alea pun memanggil kakaknya.
“Kakaaak!! Kak Kenzooo!!” teriak Alea. Kenzo pun berlari menghampiri Alea.
“Heh, dasar. Ngapain teriak-teriak?” tanya Kenzo sambil menjitak kepala Alea.
“Aduh. Ni, kok ada makanan banyak?” tanya Alea sambil menunjuk ke arah meja makan. Kenzo agak gugup, kemudian berusaha tetap santai menjawabnya.
“Ini tadi kakak beli kok. Ya, itung-itung nyiapin sebelum kamu berangkat makrab gitu biar bisa makan enak.” Kata Kenzo sambil nyengir.
“Kalo gitu, makan ah.” Kata Alea kemudian duduk dan makan makanan itu. Kenzo ikut duduk kemudian memperhatikan Alea yang makan dengan lahap.
“Kak.” Kata Alea.
“Iya Al, kenapa?” tanya Kenzo.
“Gakpapa. Gak jadi.” Kata Alea kemudian melanjutkan makannya.
“Yaudah. Kakak tidur duluan ya, udah ngantuk.” Kata Kenzo.
“Iya kak.” Jawab Alea. Kenzo pun meninggalkan Alea sendiri di meja makan.
Selesai makan, Alea mencuci piring kemudian kembali ke ruang keluarga untuk menonton TV. Saat berjalan menuju ruang keluarga, Alea masih memikirkan soal makanan yang ada di meja makan tadi. Dia tidak percaya kalo Kenzo membelinya karena rasa makanan itu begitu familiar untuknya.
“Rasanya familiar banget. Kayak masakan Mama. Tapi Mama kan di Jepang? Ah udah lah.” batin Alea. Karena sudah mengantuk, dia pun bergegas ke kamar untuk tidur.
Jam menunjukkan pukul 1 pagi. Tidur Alea terusik dengan bunyi di dapur. Karena penasaran, Alea pun turun untuk memeriksa. Dengan berjingkat, Alea menuju ke dapur. Di sana, dia kaget melihat siapa yang sedang mencuci piring dan gelas kotor. Mamanya! Dengan perlahan, Alea mendekat kemudian memeluk Mamanya dari belakang. Mama kaget, tapi kemudian sadar siapa yang sedang memeluknya.
“Alea kebangun ya.” Kata Mama lembut.
“Kok Mama gak bilang-bilang kalo mau pulang?” tanya Alea. Mama pun melepas pelukan Alea kemudian berbalik.
“Sayang, Mama pengen kasih kejutan ke kamu. Eh, malah ketahuan duluan.” Jawab Mama sambil tersenyum.
“Mama pulang sendirian?” tanya Alea lagi. Nampak ada raut wajah menyesal di wajah Mama ketika mendengar pertanyaan Alea itu.
“Iya sayang. Maafin Papa, dia masih ada proyek di sana. Jadi gak bisa ikut.” Jawab Mama dengan nada berat.
“Selalu aja gitu. Selalu sibuk sama kerjaan. Gak pernah ada waktu buat anaknya.” Kata Alea.
“Alea! Kenapa kamu ngomong gitu!” kata Mama dengan nada agak tinggi.
“Itu kenyataan Ma! Papa terlalu sibuk sama kerjaannya! Itu sebenernya alasan Alea pulang ke Indonesia trus tinggal sama kak Kenzo. Karena di sana Papa gak pernah punya waktu buat Alea, buat kita. Selama Alea di sini pun, cuma Mama yang sering telpon Alea sama kak Kenzo. Papa sama sekali gak nanyain kabar Alea sama kakak. Papa udah lupa sama…” Kata-kata Alea terputus oleh tamparan dari Mama. Alea tersentak kaget. Dengan memegangi pipinya, Alea berlari ke kamarnya sambil menangis.
Mama tampak menyesal telah menampar putri kesayangannya. Beliau tak tahan mendengar semua kata-kata dari Alea tadi. Semua rencana yang sudah disusun untuk memberi kejutan ke Alea telah hancur berantakan.
bersambung lagiii..... 

Gimana gimana?? Minta komentarnya yaa... ^^.

25 September 2012

Cerita Tentang Kita II | Sebuah Ikatan, Chapter - 3

Nih yang chapter selanjutnya... Maap ya kalo telat... ^^.

http://thesweetmachine.files.wordpress.com/2010/08/dsc09724.jpg

Cerita Tentang Kita II | Sebuah Ikatan, Chapter - 3

Kenzo sudah sampai di rumah. Sesuai pesan Alea, Kenzo pun mengirim sms ke Alea. Kemudian dia masuk ke rumah, minum obat kemudian istirahat. Tapi di pikiran Kenzo masih terbayang dua hal. Emily, dan… Rara! Dia merasa senang karena akhirnya dia bisa bertemu dengan cewek yang bisa membuatnya tertarik. Tapi di sisi lain dia merasa bingung kenapa Rara mengejarnya.
“Kok tadi si Rara aneh banget ya? Kan biasanya dia cuek banget sama gue. Lah ini tadi malah berubah agresif gitu.” Pikir Kenzo. Karena sudah terlalu lelah, Kenzo pun akhirnya tertidur.
Di tempat lain, Alea bersama teman-temannya sedang membantu Liana mengerjakan tugas dari Pak Darma. Dengan sabar Alea dan Gea membantu Liana yang begitu cerewet tanya ini itu. Sedangkan Emily sedang membuat kokat untuk keperluan makrab. Di wajah Emily nampak tersungging senyuman. Senyuman yang diakibatkan oleh efek berantai dari perasaannya terhadap Kenzo dan senyum Kenzo yang dia lihat sore tadi.
“Al, nih ada sms dari tadi lho. Gak mau dibuka?” tanya Emily sambil mengulurkan hp ke Alea.
“Paling dari kak Kenzo.” Kata Alea sambil menerima hp dari Emily. “Tu kan bener. Syukur deh kakak udah nyampe rumah.”
“Emang kak Kenzo kenapa Al?” tanya Emily penasaran.
“Ya dia kan baru keluar dari rumah sakit, udah naik motor. Kan aku khawatir. Besok makrab kayaknya dia gak ikut dulu deh, biar dipake buat istirahat.” Jawab Alea sambil membuka-buka buku.
“Kak Kenzo gak ikut makrab?” tanya Emily dengan nada kecewa.
“Ciee.. Ada yang kecewa nih kak Kenzo gak ikut makrab.” Celetuk Liana tiba-tiba.
“Ahh, dasar cerewet. Diselesaiin dulu tu tugas.” Kata Emily sewot. Alea dan Gea tertawa melihat pipi Emily yang memerah.
***
“Kakak!” panggil Alea yang daritadi menunggu di depan pintu.
“Eh, maaf Al kakak tadi dari kamar kecil. Jadi lama deh. Hehe.” Kata Kenzo sambil membuka pintu.
“Ihhh, kakak ni dasar.” Kata Alea sambil memencet hidung Kenzo. Kenzo pun berteriak kesakitan. Mereka pun bergegas masuk.
“Sakit Al. Aduuh. Oiya, tadi di rumah Liana gimana?” tanya Kenzo.
“Tugasnya Liana udah lumayanlah tinggal dikit.” Jawab Alea sambil duduk di sofa empuk di ruang keluarga. Kemudian menyalakan TV. Kenzo nampak sibuk membaca buku catatannya. Alea pun nampak penasaran.
“Baca apaan sih kak serius banget?” tanya Alea. Kenzo tak menjawab karena begitu fokus ke tulisan di buku catatannya.
“Kakaaak.” Panggil Alea agak keras sehingga Kenzo pun terkejut.
“Eh, kenapa Al? kok teriak-teriak segala. Biasa aja kali.” Kata Kenzo.
“Kakak sih ditanya biasa aja gak dijawab. Itu lagi baca apaan?” tanya Alea lagi.
“Oh, ini baca daftar perlengkapan buat acara makrab. Kayaknya perlengkapan yang buat peserta terlalu ribet deh.” Jawab Kenzo.
“Emang kenapa kak? Kakak mau datang ke makrab ya?” tanya Alea.
“Iya dong. Kan kakak ketua panitia, masa gak datang.” Kata Kenzo.
“Tapi kakak kan baru aja keluar dari rumah sakit, belum pulih betul. Kakak gak usah datang, istirahat di rumah dulu aja.” Kata Alea menasehati Kenzo.
“Tapi Al, sebagai ketua kakak harus…” kenzo mencoba menyanggah tapi keburu dipotong Alea.
“Pokoknya gak boleh! Kakak harus istirahat di rumah. Alea gak mau kakak kenapa-kenapa pas di acara makrab.” Kata Alea. Nampak di ujung matanya ada air yang siap tumpah.
“Yaudah, kalo gitu kakak nurut sama Alea. Kakak akan istirahat.” Kata Kenzo tersenyum sambil mengelus-elus kepala Alea. Alea pun tersenyum dan berusaha mengusap matanya.
“Tapi kakak mau minta tolong ke kamu Al.” kata Kenzo tiba-tiba.
“Minta tolong apa kak?” tanya Alea.
“Kakak udah bikin rancangan buat acara makrab malam terakhir. Ini nih rancangannya. Tolong besok kamu kasihin terus kamu jelasin ke wakil ketua panitia ya.” Kata Kenzo menjelaskan.
“Nahlo. Wakil ketuanya siapa?” tanya Alea bingung.
“Evan.” Jawab Kenzo singkat.
“Kak Evan?” tanya Alea lagi. Kali ini pipinya bersemu merah.
“Iya sayang. Kak Evan. Gimana? Mau nolongin kakak kan?” tanya Kenzo.
“Iya iya kakakku sayang. Besok Alea sampein. Emang besok kakak mau kemana?” tanya Alea.
“Besok kakak mau ke dokter. Mau kontrol.” Jawab Kenzo.
“Abis itu?” tanya Alea lagi.
“Ya pulang to ya. Mau nyicil ngerjain skripsi. Kakak kan udah semester 7, targetnya semester 8 kakak lulus.” Jawab Kenzo sambil tersenyum.
“Terus kalo udah lulus?” tanya Alea.
“Kakak pengen jadi system analyst kakak papa.” Kata Kenzo sambil memandang foto keluarga yang tergantung di tembok di hadapannya.
“Tapi kakak tetep di sini nemenin Alea kan?” tanya Alea sambil menggenggam tangan Kenzo.
“Iya adikku yang cantik. Kakak akan tetap di sini sama Alea.” Jawab Kenzo. Alea pun tersenyum. Kenzo kemudian memberikan rancangan acara tersebut ke Alea.
***
Hari Kamis, hari terakhir sebelum berangkat makrab. Di depan hall, nampak kelompok Alea sedang berkumpul untuk kliring masalah perlengkapan yang harus dibawa. Tapi ada satu orang yang sepertinya belum bergabung. Alea.
“Oke guys, kita hari ini kumpul untuk ngebahas perlengkapan yang mau kita bawa besok.” Kata Gian.
“Untuk kokat nama, udah slesai. Oiya, kalian bawa foto sesuai permintaan gue kan?” Tanya Emily. Gian pun mengumpulkan foto dari anggota kelompok dan menyerahkannya ke Emily.
“Oiya, si Alea kemana Mily? Kok gak ada?” Tanya Wisnu tiba-tiba.
“Katanya tadi mau ketemu kak Evan, nyerahin titipan dari kan Kenzo.” Jawab Liana.
“Titipan apa Li?” Tanya Wisnu lagi.
“Uh, dasar kepo loe ya. Ntar loe tanya Alea sendiri aja.” Jawab Liana sewot.
“Udah udah. Sekarang kita kroscek dulu ceklis perlengkapannya. Tika.” Panggil Gian ke Tika selaku penanggung jawab perlengkapan.
Tika pun mulai membaca satu persatu ceklis yang dia bawa, kemudian memberikan tanda cek ke peralatan yang sudah fix.
“Ok. Semuanya udah fix. Tinggal nempelin foto ke kokat aja. Umm.. Kalo kita tempel sekarang aja gimana?” tanya Tika ke Emily.
“Aduh, kokatnya gak aku bawa. Masih di rumah. Nanti sore aja ku tempelin sendiri.” Jawab Emily.
“Yaudah, kalo gitu kita bisa nglanjutin aktivitas. Gue duluan ya guys.” Kata Gian pamit seraya melangkah pergi. Diikuti Tika, Nissa, Venus dan Mars.
“Eh, loe masih di sini Nu?” tanya Liana ke Wisnu yang masih di tempatnya.
“Iya. Gue nungguin Alea.” Jawab Wisnu sambil tersenyum.
“Eh, loe Gea. Ngapain pipi loe merah gitu?” tanya Wisnu tiba-tiba ke Gea. Ternyata daritadi Gea memperhatikan Wisnu yang sedang tersenyum. Seketika Gea pun mengelak.
“Udah ah. Yuk Mily, Gea ke kantin.” Ajak Liana.
“Trus Alea gimana?” tanya Emily.
“Udah gue SMS. Yuk.” Jawab Liana. Tiba-tiba Wisnu menghentikan Liana.
“Eh, gue boleh minta nomor hpnya Alea gak?” tanya Wisnu.
“Dasar loe. Minta sendiri!” jawab Liana sewot kemudian pergi bersama Emily dan Gea meninggalkan Wisnu.
“Ya ampun. Tu cewek galaknya kayak singa. Yaudah lah. mending balik aja.” Kata Wisnu kemudian berbalik pergi.
Di tempat lain, Alea sedang bersama Evan. Mereka tampak canggung karena hanya ada mereka berdua. Sebenarnya, ketika datang tadi ada Wayan dan Tara. Tapi tiba-tiba mereka berdua pergi ketika Alea datang. Tapi sebenarnya mereka hanya berada di luar ruangan mencoba menguping perbincangan Evan dan Alea.
“Eng. Kak, ini ada titipan dari kak Kenzo. Rancangan acara malam terakhir makrab.” Kata Alea sambil menyerahkan lembaran kertas yang di-clip ke Evan.
“Iya. Makasih ya Al. Emang kak Kenzo gak dateng ke makrab?” tanya Evan.
“Aku gak bolehin kak. Biar kak Kenzo istirahat dulu supaya cepet pulih.” Jawab Alea.
“Oh. Iya bener. Tapi ntar dia di rumah sama siapa?” tanya Evan.
“Sendiri kak.” Jawab Alea singkat.
“Kasian kalo dia di rumah sendiri. Biar nanti gue, Tara, sama Wayan gantian ke rumahmu nemenin Kenzo.” Kata Evan.
“Lho. Emang gakpapa kak bolak-balik gitu?” tanya Alea.
“Gakpapa dong. Kan panitia.” Jawab Evan sambil tersenyum. Senyum yang membuat Alea semakin klepek-klepek.
“Eng. Yaudah kak. Alea pamit dulu ya, mau ke kantin.” Kata Alea pamit.
“Lho. Ke kantin sendiri?” tanya Evan. Alea menggeleng.
“Sama temen-temen kak. Mereka udah di sana. Tadi aku di sms Liana.” Jawab Alea kemudian melangkah keluar pintu. Sebelum meninggalkan ruangan itu, dia sempat melempar senyuman ke arah Evan. Tapi saat berbalik, Nampak Tara dan Wayan yang nyender di tembok. Alea pun memadang mereka dengan pandangan tajam.
“Kak Tara sama kak Wayan ngapain di situ? Nguping ya?” tanya Alea. Mendengar Alea, Evan pun mendekat.
“Hehe. Kita tadi kebetulan mau masuk, eh loe mau keluar Al.” kata Tara ngeles.
“Eh, dasar kunyuk sama kriting. Ngapain loe?” tanya Evan sambil mengulurkan tangannya meraih pundak Wayan.
“Kabur Tar!!” kata Wayan sambil berlari menjauh. Tara pun mengikuti Wayan yang sudah berlari mendahuluinya. Meninggalkan Evan dan Alea yang berdiri di depan ruang BEM. Lagi-lagi awkward moment terjadi antara Evan dan Alea. Mereka tak sadar ada seseorang yang sedang mengamati mereka berdua. Seseorang yang sama sekali tak mereka sadari.

bersambunggg.....

Itu dulu ya teman-teman.. Lanjutannya, segera.. ^^. 

21 September 2012

Cerita Tentang Kita II | Sebuah Ikatan, Chapter - 2

Karena besok hari sabtu sampe minggu adalah hari libur aktivitas termasuk onlen, jadi hari ini sekalian posting chapter - 2 nya. Selamat membaca.. ^^.

http://greencard1.com/sites/default/files/styles/node-default/public/field/image/couple-arguing.jpg

CHAPTER – 2


Alea berjalan menyusuri koridor menuju perpus. Senyum bahagia menghiasi wajahnya. Kejadian yang cukup awkward ketika berdua bersama Evan tadi masih memenuhi seisi ruang otaknya. Perasaan senang, canggung, malu, bercampur. Tapi yang pasti, dia senang karena sepertinya rasa sukanya kepada Evan tidak bertepuk sebelah tangan. Saat sedang berjalan, tiba-tiba dia melihat Emily sedang terduduk lesu sambil memegang beberapa buku.
“Mily, kok di sini? Katanya tadi mau ke perpus.” Tanya Alea. Namun Emily hanya diam saja. Dia masih tertunduk dan tidak menunjukkan wajahnya. Melihat keanehan pada salah satu sahabatnya itu, Alea perlahan menunduk memperhatikan wajah Emily.
“Lho. Mily, kamu kenapa? Kok nangis? Ada apa?” tanya Alea lagi. Emily masih juga terdiam.
“Yaudah, kalo emang belum mau cerita. Tapi kalo mau cerita, cerita aja. Kita kan sahabat.” Kata Alea kemudian duduk di samping Emily. Tiba-tiba dari arah belakang muncul Kenzo.
“Mily.” Kata Kenzo. Mendengar suara Kenzo, tanpa menoleh dan melihat Kenzo, Emily langsung berlari pergi. Alea tampak kebingungan melihat apa yang terjadi. Saat Kenzo akan mengejar Emily, Alea pun menarik tangan Kenzo dan mendudukkannya.
“Aduh, Alea. Kenapa sih, kakak kan mau ngejar Mily dulu.” Kata Kenzo kesal.
“Kak. Sebenernya ada apa sih kok Emily bisa sampe gitu?” tanya Alea.
“Dia salah paham Al, pas ngeliat kakak sama Rara pas di lab tadi.” Jawab Kenzo lesu.
“Rara? Siapa tu kak? Pacar kakak?” tanya Alea lagi.
“Aduh Alea. Kamu kan tau, kalo kakak tu masih jomblo.” Jawab Kenzo.
“Terus?” tanya Alea. Kenzo menarik nafas panjang, kemudian mulai menjelaskan semua yang terjadi. Dari kejadian Kenzo bertabrakan dengan Emily hingga kejadian Rara yang tiba-tiba mendekatinya dan Emily melihatnya. Kenzo juga menjelaskan siapa Rara.
“Tapi kakak bener udah nggak ada rasa sama kak Rara kan?” tanya Alea.
“Bener Alea. Serius deh.” Jawab Kenzo bersungguh-sungguh. Melihat raut wajah kakaknya, Alea pun yakin. Tapi kemudian muncul pikiran jahil Alea.
“Terus, kok kakak kayaknya ngebet banget ngejar Mily mau ngejelasin ini semua?” tanya Alea dengan nada menggoda.
“Ha? Eh..Eng..Anu..Umm.” Kenzo kehilangan kata-kata. Dia pun kemudian mulai berpikir, kenapa juga dia sampai ngos-ngosan mengejar Emily? Padahal dia da Emily tak ada hubungan.
Alea masih menunggu jawaban dari Kenzo. Tapi nampak kebingungan di wajah Kenzo, sehingga Alea pun mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh kepada Kenzo.
“Yaudah kak. Biar nanti Alea jelasin ke Mily. Tenang aja.” Kata Alea sambil menepuk pundak Kenzo.
“Makasih ya Al.” Kata Kenzo. Alea tersenyum sambil mengacungkan dua jempolnya.
“Oiya, bentar lagi jam 3 lho. Buruan ke hall gih. Supaya gak ketinggalan.” Kata Kenzo mengingatkan Alea.
“Oke kakakku sayang. Alea duluan ya. Kakak buruan nyusul lho.”
“Sip”. Kata Kenzo. Alea pun bergegas pergi menuju Hall.
***
Alea bersama Emily, Liana, dan Gea serta mahasiswa baru lainnya sudah berkumpul di hall untuk mendengarkan pengumuman lebih lanjut seputar acara makrab. Beberapa mahasiswa anggota BEM nampak masuk ke hall termasuk Tara, Evan, dan Wayan. Namun tak nampak batang hidung Kenzo.
“Selamat sore semuanya.” Kata Tara membuka acara.
“Eh, kak Kenzo mana ya?” Liana melempar pertanyaan ke teman-temannya.
“Paling masih jalan ke sini.” Jawab Alea. Emily nampak acuh. Alea pun segera menyampaikan sesuatu ke Emily.
“Mily, nanti ngobrol sama aku bentar ya.” Kata Alea agak berbisik ke telinga Emily. Emily pun mengangguk. Alea tersenyum. Kemudian mereka kembali memperhatikan pengarahan yang disampaikan Tara.
“Pertama-tama, silakan kalian berbaris sesuai dengan instruksi dari kak Evan.” Kata Tara.
Evan langsung bergerak. Dia memberi aba-aba agar para maru (mahasiswa baru – red) membuat barisan 10 bersaf (10 menyamping). Tak butuh waktu lama, barisan sudah tertata rapi.
“Oke, barisan sudah terbentuk. Sekarang, silakan kalian lihat teman-teman pada barisan kalian. Mereka akan menjadi anggota kelompok kalian selama acara makrab nanti.” Kata Tara menjelaskan. Total ada sekitar 20 kelompok. Alea, Emily, Liana, dan Gea berada pada satu kelompok bersama dengan 2 orang cewek dan 4 cowok.
“Sekarang, silakan masing-masing kelompok membentuk lingkaran kecil. Kami akan membagikan peralatan apa saja yang nanti harus kalian bawa.” Segera barisan bubar dan terbentuk lingkaran-lingkaran kecil. Tara, beserta Wayan dibantu anggota BEM yang lain membagikan lembar-lembar kertas berisi peralatan yang harus dibawa oleh peserta makrab.
“Silakan kalian baca, kemudian kalian rundingkan dengan kelompok kalian. Apabila ada yang kurang jelas, silakan kalian bertanya.”
Salah satu cowok di kelompok Alea pun meraih lembaran kertas tersebut kemudian membacanya. Cowok berperawakan cukup tinggi dengan badan yang proporsional. Rambutnya bergaya spike. Beberapa kali dia mengernyitkan dahi ketika membaca. Beberapa kali pula dia melontarkan pertanyaan. Kemudian dia mulai membuka diskusi kelompok.
“Oke teman-teman, sebelumnya kita berkenalan dulu. Nama gue Gian Baskara, kalian bisa panggil gue Gian. Gue dari jurusan Hukum” Kata Gian memperkenalkan dirinya.
“Gue Wisnu Eka Satria. Panggil gue, Wisnu. Gue juga dari jurusan hukum.” Kata Wisnu, cowok berperawakan agak kecil dengan wajah yang cukup tenang.
“Anissa Rahmania. Panggil gue Nissa ya temen-temen. Gue dari jurusan Informatika.” Nissa, cewek manis berjilbab. Senyumnya menambah pesonanya.
“Atika Ratnaputri. Panggil gue Tika aja. Gue jurusan hukum.” Tika, cewek berambut sebahu. Sorot matanya yang begitu cemerlang menunjukkan kecerdasannya.
Berturut-turut, Alea, Emily, Liana, dan Gea memperkenalkan diri. Serta seorang cowok dan seorang cewek yang ternyata adalah saudara kembar.
“Gue Mars Aditya, kalian bisa panggil gue Mars atau Adit. Gue jurusan ekonomi.” Mars, cowok berperawakan kecil dengan mata agak sipit. Berkulit putih. Rambutnya cukup panjang.
“Dan gue Venus Azalia, kakaknya Mars. Panggil gue Venus. Gue juga jurusan ekonomi.” Venus, wajahnya sangat mirip dengan Mars. Hanya rambut ikal panjangnya yang membedakan dia dengan Mars.
Setelah sesi perkenalan, mereka mulai membagi tugas untuk membawa peralatan yang harus dibawa untuk makrab. Dan sebagai ketua, ditunjuk Gian. Setelah Tara membubarkan acara tersebut, beberapa kelompok masih tampak tinggal di dalam hall untuk berdiskusi termasuk kelompok Alea. Mereka tampak serius mendiskusikan beberapa hal.
“Oke, semuanya udah fix. Gak ada yang merasa keberatan kan?” tanya Gian. Semuanya menggeleng.
“Eng. Besok, jam 2 kita kumpul lagi aja. Gimana?” usul Tika. Semuanya setuju. Mereka kemudian bergegas keluar hall dan pulang.
Sesampainya di luar hall, Alea langsung menarik Emily dan mengajaknya ke taman kampus yang agak sepi. Mereka berdua pun duduk. Perlahan, Alea pun mulai bertanya ke Emily mengenai apa yang terjadi antara Emily dan Kenzo.
“Emily.” “Alea.” Mereka berbicara bersamaan.
“Ada apa Alea?” tanya Emily.
“Eng, kamu duluan aja deh Mily.” Kata Alea mempersilakan Emily berbicara. Emily diam sebentar kemudian menarik nafas panjang.
“Kak Kenzo udah punya pacar ya Al?” tanya Emily. Mendengarnya, Alea cukup kaget. Tapi dia berusaha menutupi kekagetannya.
“Kak Kenzo tu masih jomblo Mily. Dia tu terlalu susah buat jatuh cinta.” Jawab Alea. Emily menunduk.
“Tapi tadi kok dia sama cewek di lab komputer. Deket banget.” kata Emily.
“Kamu cemburu ya?” tanya Alea dengan nada agak menggoda.
“Ah Alea apaan sih. Aku kan bukan siapa-siapanya kak Kenzo.” Kata Emily mengelak. Tapi nampak pipinya bersemu merah. Alea pun tersenyum melihatnya.
“Mily, kak Kenzo tadi udah cerita semuanya ke aku. Kak Kenzo juga kaget karena tiba-tiba kejebak di situasi kayak tadi. Cewek yang kamu lihat lagi ngedeketin kak Kenzo tu namanya Rara. Kak Kenzo pernah suka sama dia, tapi akhirnya rasa suka kak Kenzo hilang. Jadi mereka tu nggak ada apa-apa.” Terang Alea. Emily terdiam mendengar semua kata-kata Alea.
“Kamu suka sama kak Kenzo kan Mily?” tanya Alea. Emily masih diam. Tapi raut muka kecewanya telah berubah menjadi raut muka bahagia.
“Gakpapa Mily, aku udah tahu kok. Eh, tau gak sebenernya kak Kenzo juga suka lho sama kamu.” Kata Alea sambil menepuk pundak Emily.
“Alea. Kak Kenzo suka sama aku? Serius?” tanya Emily tidak percaya.
“Iya Mily. Kak Kenzo emang gak pernah cerita. Tapi pas ngeliat usaha kak Kenzo sampe lari-lari ngos-ngosan buat ngejar kamu tadi, aku jadi tau. Kak Kenzo tu orang yang terlalu cuek buat ngejelasin sesuatu ke orang lain kalo ada salah paham. Sikap dia ke kamu beda sama sikap dia ke orang lain.” Jawab Alea panjang lebar. Emily pun tersenyum kemudian memeluk Alea.
“Makasih ya Alea. Berarti aku harus minta maaf ke kak Kenzo.” Kata Emily. Alea tersenyum.
Mereka pun bangkit berdiri dan bergegas pulang karena hari sudah sore dan mereka harus mempersiapkan peralatan untuk makrab. Oiya... Satu lagi, mereka harus membantu Liana menyelesaikan tugas merangkum materi kuliah Sastra Modern.
***
“Kak, aku mau ke rumah Liana dulu bantuin dia ngerjain tugas.” Kata Alea ke Kenzo di tempat parkir.
“Kakak anterin ya?” kata Kenzo.
“Gak usah kak, aku bareng sama temen-temen naik mobilnya Emily.” Terang Alea.
“Eh Al. Mily gimana?” tanya Kenzo penasaran.
“Ciee. Manggilnya udah Mily.” Kata Alea menggoda kakaknya.
“Ih, dasar. Ditanya apa jawabnya malah apa.” Kata Kenzo sewot.
“Semuanya lancar bos.” Kata Alea sambil mengacungkan jempolnya. Kenzo senang mendengarnya.
“Oiya kak, kapan nih nembak Emily? Dia udah nungguin lho.” Tanya Alea lagi. Kali ini Kenzo tak mau kalah meladeni candaan Alea.
“Kakak bakal nembak Emily kalo Evan udah nembak kamu.” Jawab Kenzo datar kemudian diikuti dengan senyum jahil.
“Ih, kakak apaan sih.” Kata Alea malu-malu.
“Yaudah kak, Alea duluan ya. Kakak ati-ati di jalan. Kalo udah nyampe rumah sms Alea ya.” Kata Alea.
“Iya adikku yang paling cantik.” Kata Kenzo sambil memeluk Alea.
“Daa kakak.” Kata Alea kemudian berlalu meninggalkan Kenzo. Kenzo masih mengamati Alea yang berlari ke arah teman-temannya.
Kamu sekarang udah gede Al. Kakak seneng di sini, kamu punya sahabat yang baik.” Batin Kenzo. Dia pun bergegas menyalakan motornya dan pulang. Di depan gerbang kampus, dia sempat berpapasan dengan Alea dan teman-temannya termasuk Emily. Mata Kenzo dan Emily sempat beradu pandang. Ada senyum di wajah mereka. Namun hanya sebentar karena Kenzo kemudian melaju menjauh.
“Yuk guys.” Ajak Liana.
Mereka pun masuk ke mobil Emily. Di jalan, Alea yang duduk di samping Emily melihat senyum di wajah Emily yang tak kunjung hilang.
“Ciee yang disenyumin kak Kenzo.” Kata Liana menggoda dari kursi belakang.
“Ah, apaan sih Li.” Elak Emily. Suasana pun menjadi meriah dengan kata-kata Liana yang selalu berhasil membuat Emily selalu kehabisan kata dan salah tingkah.

Tunggu chapter selanjutnya yaa... ^^.

Cerita Tentang Kita II | Sebuah Ikatan, Chapter - 1


Kemarin abis nge-post yang bagian pertama, ada 3 chapter. Kalo belum baca, bisa klik link di bawah ini :
Chapter-1
Chapter-2
Chapter-3
Dan ini adalah bagian kedua dari cerbung 'Cerita Tentang Kita' judulnya "Sebuah Ikatan". Selamat membaca dan selamat berkomentar.. ^^.


CHAPTER –1

Hari Selasa. Hari paling menjemukan untuk Alea, Emily, Liana, dan Gea karena hari ini ada kuliah dari pak Darma, dosen yang cukup galak serta umurnya sudah cukup tua sehingga cara mengajarnya membuat kantuk mudah menyerang. Materi yang disampaikan pun juga cukup membuat otak jenuh. Sehingga sering Liana harus dibangunkan oleh Emily karena ketiduran sebelum ketahuan pak Darma. Seperti saat ini, ketika Liana tertidur dan harus mendapat hukuman karena ketahuan pak Darma.
“Li. Buruan bangun. Li!” bisik Emily ke telinga Liana sambil mengguncangkan kursi Liana.  Nampak Liana masih tidak bergeming. Tidurnya masih nyenyak.
“Li. Cepetan bangun. Dasar kebo.” Bisik Emily berharap Liana segera terbangun karena pak Darma terlihat sedang berjalan ke arah mereka.
“Liana!” kata pak Darma cukup keras sehingga seluruh kelas hening dan memusatkan perhatian ke arah pak Darma dan Liana.
“Mampus.” Batin Emily sambil menutup kedua mukanya. Namun terlihat Liana masih terpejam.
“Liana, cepat bangun!” kata pak Darma lebih keras. Liana pun akhirnya terbangun dan hampir terjatuh dari kursinya. Menyadari ada pak Darma di depannya, Liana langsung bermanuver merapikan rambut panjangnya yang tak diikat.
“I..iya pak.” Kata Liana gugup. Liana melirik ke arah Emily, Alea, dan Gea. Tampak mereka bertiga hanya menundukkan kepala. “Mampus gue.” Batin Liana.
“Kamu pikir kamu siapa bisa seenaknya tidur di kelas saya?” tanya pak Darma dengan nada tinggi.
“Ma..maaf pak. S..saya ngantuk, se..malam begadang ngerjain tugas pak.” Kata Liana memberikan alasan.
“Oh. Jadi semalam kamu begadang mengerjakan tugas?” tanya pak Darma. Nada suaranya sudah agak turun.
“I..iya pak.”
“Kalau begitu, nanti malam silakan kamu begadang lagi. Kamu tulis rangkuman materi kuliah semester ini. Minggu depan, letakkan di meja saya! Mengerti?” kata pak Darma. Liana kaget setengah mati. Begitu juga Emily, Alea, dan Gea.
“Ba..baik pak.” Kata Liana lemas. Pak Darma pun kembali berjalan ke depan kelas melanjutkan materi yang tadi disampaikan.
“Mampus gue. Ngrangkum materi kuliah satu semester Cuma dikasih waktu seminggu?” kata Liana.
“Udah Li. Tenang, nanti kita bantuin.” Kata Alea. Gea mengangguk.
“Makasih ya guys, ngrepotin kalian.” Kata Liana.
Kelas pak Darma pun selesai. Tapi nampaknya pak Darma sedang berbincang dengan seseorang di depan pintu kelas sehingga para mahasiswa belum berani keluar. Dan pak Darma pun berbicara kembali di depan kelas namun bukan menyampaikan materi kuliah.
“Anak-anak, jangan keluar dulu. Ada pengumuman dari BEM. silakan kalian dengarkan.” Kata pak Darma yang kemudian mempersilakan perwakilan BEM masuk, Tara dan Wayan.
“Eh, itu kak Tara sama siapa?” tanya Liana ke teman-temannya.
“Itu kak Wayan, Liana.” Jawab Emily. Liana menatap Wayan dengan penasaran. Dia pun teringat pada sesi hiburan saat acara penyambutan mahasiswa baru beberapa minggu yang lalu, ketika ada cowok cool yang menyanyi sambil memainkan gitar.
“Li. Kesambet ya?” tanya Alea melihat Liana melongo. Liana pun sepertinya masih tidak menghiraukan pertanyaan Alea karena masih asyik melihat Wayan dengan tatapan penasaran. Alea yang mengetahuinya pun tersenyum.
“Selamat siang teman-teman.” Kata Tara memberi salam.
“Saya bersama Wayan, selaku perwakilan BEM akan menyampaikan sebuah pengumuman tentang akan diadakannya acara malam pengakraban atau makrab sebagai lanjutan dari acara penyambutan mahasiswa baru beberapa waktu lalu. Acara makrab ini akan diadakan mulai besok hari Jumat sampai hari Minggu. Untuk itu, nanti pukul 3 kami mohon kehadiran kalian di hall untuk pemberitahuan lebih lanjut. Kami mengharapkan kalian bisa datang demi kelancaran acara ini. Terima kasih.” Kata Tara menyampaikan pengumuman.
“Oke, sebagai tambahan, acara makrab ini bersifat wajib sehingga kalian wajib datang dan ikut.” Kata Wayan menambahkan. Setelah menyampaikan pengumuman tersebut, Tara dan Wayan serta pak Darma meninggalkan ruang kelas. Diikuti para mahasiswa yang juga segera keluar meninggalkan kelas.
“Kumpulnya masih jam 3, sekarang jam 2. Makan dulu yuk guys.” Kata Liana mengajak Alea, Emily, dan Gea makan.
“Iya yuk. Aku juga udah laper nih.” Kata Alea menyetujui ajakan Liana. Gea juga setuju.
“Sorry nih temen-temen. Kalian duluan aja ya. Aku mau ke perpus bentar mau pinjam buku.” Kata Emily.
“Buku apaan sih Mily?” tanya Liana penasaran.
“Novel.. Hehe.” Jawab Emily sambil tersenyum.
“Mi..mily, aku nitip pinjemin kumpulan contoh karya sastra lama ya?” kata Gea.
“Oke Gea. Aku cariin ya.” Kata Emily sambil tersenyum. Gea pun tersenyum.
“Yaudah kalo gitu. Ati2 ya, cepet nyusul.” Kata Liana. Emily mengangguk kemudian bergegas menuju ke perpustakaan. Liana bersama Alea dan Gea pun berjalan menuju kantin.
Sesampainya di kantin, mereka memesan makanan dan minuman. Setelah mendapat tempat duduk, mereka bertiga pun makan sambil membicarakan perihal makrab.
“Eh, Alea. Makrab tu acara gimana nanti?” tanya Liana ke Alea.
“Aduh Li, mana aku tahu. Aku kan bukan panitia.” Kata Alea.
“Ya siapa tau kak Kenzo cerita ke kamu.” Kata Liana.
“Yah. Kak Kenzo gak bakalan mungkin cerita deh. Dia kan orangnya profesional banget. Sekalipun aku adiknya, dia gak bakalan kasih tahu meskipun aku sampe sujud-sujud.” Terang Alea.
“Waduh. Sampe segitunya.” Kata Liana.
Saat mereka sedang menikmati makanan dan minuman mereka sambil mengobrol, mata Alea menangkap sosok Ve di bangku pojokan sedang mencuri pandang ke arahnya. Dalam hati, Alea mati-matian untuk tidak menaruh rasa benci pada Ve. Tapi dia merasa begitu sulit membuang rasa bencinya kepada Ve atas apa yang sudah terjadi pada Kenzo. Segera saja Alea mengalihkan pandangannya dan segera bergabung kembali dalam obrolan bersama Liana dan Gea.
“Oiya guys. Kalian jadi bantuin gue kan?” tanya Liana.
“Ngerjain tugasnya pak Darma tadi?” tanya Alea.
“Iya. Bisa bayangin kan, materi satu semester dikerjain Cuma seminggu. Bisa gila gue kalo ngerjain Cuma sendiri.” Kata Liana mengeluh.
“Kita bantuin kok Liana. Tenang aja.” Kata Gea sambil menepuk pundak Liana. Alea juga mengangguk membenarkan kata-kata Gea.
“Makasih ya Gea, Alea. Kalian emang sahabat gue yang paling baik.” Kata Liana. Mereka bertiga pun tersenyum satu sama lain. Saat itu, tiba-tiba ada seseorang yang mendekat.
“Hai, boleh gabung?” ternyata Ve.
“Bo..boleh kok kak.” Kata Gea gugup.
“Iya kak, mari duduk.” Kata Liana agak cuek
“Makasih ya.” Kata Ve kemudian duduk di samping Liana, tepat di depan Alea. Namun nampak Alea sama sekali tak memperhatikan Ve. Dia berusaha membuang pandangan.
“Hi Alea.” Sapa Ve ke Alea. Alea pun menoleh ke arah Ve, namun dengan pandangan penuh rasa amarah. Dan segera dia bangkit kemudian beranjak pergi.
“Temen-temen, aku nyusul Emily ke perpus dulu ya. Daa.” Kata Alea pamit kemudian meninggalkan Liana dan Gea bersama dengan Ve. Nampak Ve terhenyak melihat tatapan mata tajam Alea dan sikap dingin Alea kepadanya.
Di perjalanan menuju perpustakaan, Alea masih terlihat menyesali sikapnya ke Ve. Tapi dia merasa cukup sulit untuk memaafkan Ve. Apa yang sudah terjadi pada Kenzo, hingga Kenzo harus masuk rumah sakit.
“Al.” Sapa seseorang dari belakang Alea tiba-tiba. Alea pun berhenti kemudian menoleh.
“Kakak?” kata Alea kaget melihat Kenzo berdiri dengan senyuman jahilnya. Di kepalanya masih terlihat perban yang belum dilepas.
“Kok kakak udah ke kampus? Bukannya belum boleh pulang sama dokter?” tanya Alea.
“Kata siapa belum boleh pulang? Tadi dokter bilang kalo kakak udah boleh pulang. Nih dikasih oleh-oleh.” Kata Kenzo sambil menunjuk kantong kresek putih di tangan kirinya.
“Oleh-oleh apaan kak?” tanya Alea penasaran.
Kenzo pun membuka kantong kresek itu. Alea melongo, ternyata berisi obat-obat yang harus dikonsumsi Kenzo untuk penyembuhan.
“Ih, kakak nih apaan sih. Ini kan obat, masa dibilang oleh-oleh.” Kata Alea sambil mencubit hidung Kenzo dengan gemas.
“Aauwwww. Alea ini hidung, bukan mainan. Sakit tau.” Kata Kenzo sambil mengusap-usap hidungnya yang memerah. Alea tertawa melihat kakaknya. Saat itu, Evan pun datang bergabung.
“Eh, loe udah balik dari rumah sakit bro?” tanya Evan ke Kenzo.
“Iya Van. Kata dokter udah boleh balik. Jadi sekalian aja gue ke sini buat nengokin adik gue yang cantik ini.” Kata Kenzo sambil mengusap rambut panjang Alea. Alea tersipu mendapat perlakuan seperti itu dari kakaknya. Apalagi di situ ada Evan. Melihatnya, Evan pun tersenyum. Aliran-aliran elektron pun perlahan saling bertukar tempat di atara hati Evan dan Alea. Karena merasakan sesuatu yang aneh pada Evan dan Alea, Kenzo pun segera mengambil inisiatif untuk pergi meninggalkan mereka berdua.
“Eh. Al, Van. Gue ke ruang lab dulu mau ketemu dosen.” Kata Kenzo tiba-tiba.
“Loh. Trus Alea sama siapa? Kok kakak tau-tau mau pergi sih?” kata Alea cemberut. Kenzo pun menunjuk ke arah Evan dengan lirikan mata.
“Udah ah. Van, jagain Alea ya. Daa.” Kata Kenzo kemudian melangkah pergi.
Tinggal Evan dan Alea yang kebingungan. Berbeda ketika mereka berdua berada di klinik, ketika mereka masih belum begitu mengenal satu sama lain. Kali ini, sinyal-sinyal ‘rasa’ sudah cukup terasa sehingga mereka nampak tersipu-sipu dan hanya saling melempar senyum.
“Sekarang ada Evan yang bisa gue percaya buat ngejagain Alea.” Batin Kenzo sambil terus berjalan. Tanpa sengaja, dia menabrak Emily yang sedang berjalan terburu-buru hingga Emily terjatuh dan buku-buku yang dibawa Emily jatuh berantakan.
“Aduh, maaf. Sini aku bantuin.” Kata Kenzo kemudian segera mengambil buku-buku yang berserakan.
“Ng..gak usah kak. Gak papa kok.” Kata Emily malu-malu sambil menata buku-bukunya yang jatuh. Dia tidak berani menatap wajah Kenzo.
Sampai tiba-tiba tangan mereka saling bersentuhan saat akan mengambil sebuah buku. Lagi-lagi, hukum fisika tentang aliran elektron pun terjadi antara mereka. Bedanya, aliran elektron yang ada di tubuh Emily lebih aktif. Sehingga Emily pun terlihat begitu salah tingkah. Kenzo hanya tertawa kecil melihat tingkah sahabat adiknya itu.
“Sekali lagi maaf ya, kamu temennya Alea kan? Eng.. nama kamu siapa?” tanya Kenzo. Pipi Emily memerah.
“Emily kak, panggil aja Mily.” Jawab Emily malu-malu.
“Yaudah, aku mau ke kantin nemuin temen-temen dulu kak. Permisi.” Kata Emily pamit kemudian ngacir dengan kecepatan tinggi. Kenzo sampai heran. Tapi dalam hati dia merasa senang karena mendapatkan hiburan berupa pertunjukan salting Emily tadi.
“Emily. Hmm. Manis juga.” Kata Kenzo kemudian melanjutkan langkah kakinya.
Setibanya di lab, Kenzo segera duduk dan menyalakan komputer. Tiba-tiba ada seorang cewek yang masuk dan kemudian duduk di samping Kenzo.
“Hai Kenzo.” Sapa cewek itu.
“Hai Rara.” Jawab Kenzo singkat.
“Kok tumben sendirian? Tara sama yang lainnya mana?” tanya Rara.
“Gak tau. Paling pada di ruang BEM persiapan buat pengumuman nanti sore.” Jawab Kenzo sambil sibuk berselancar di internet.
“Kenzo.” Kata Rara. Kali ini, Kenzo tak dapat bersuara karena ternyata Rara sedang memegang tangan kanannya. Jantungnya berdegup kencang. Memang selama ini Kenzo menyukai Rara. Tapi karena Rara tak pernah memberikan respon yang baik, akhirnya Kenzo memilih berhenti mengejarnya.
Kenzo menoleh pelan. Nampak wajah oriental Rara dengan mata sipitnya. Juga senyuman cantik yang dulu begitu mempesona Kenzo. Tapi kini tak lagi mempesonanya.
“Kenapa Ra?” tanya Kenzo berusaha mempertahankan tampang juteknya. Tapi Rara tak menjawab, justru genggamannya ke tangan Kenzo makin erat. Dan wajah Rara makin mendekat ke wajah Kenzo.
“Rara apaan sih loe?” tanya Kenzo risih. Namun Rara tampak tak menghiraukan kata-kata Kenzo.
Dengan perlahan, Kenzo menjauhkan wajahnya, menjauhkan pandangannya dari wajah Rara. Hingga matanya terhenti pada sosok Emily yang tengah berdiri dengan raut wajah kecewa. Di tangan kanan Emily, tampak plastik berisi obat milik Kenzo. Melihat Kenzo dan Rara begitu dekat, hati Emily terasa hancur. Dia pun menjatuhkan obat Kenzo dan kemudian berlari menjauh. Kenzo pun mundur menjauhi Rara, kemudian berusaha mengejar Emily. Rara terdiam (Tengsin kayaknya).
“Mily! Tunggu Mily!” teriak Kenzo memanggil Emily yang sudah berlari jauh.
Bersambung dulu ya gan....

Chapter berikutnya, sabar yaa.. ^^.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...