Ini akhir dari CTK II. Kepergian Kenzo, dan ikatan yang disebut keluarga dan cinta.. Sedih sebenernya kalo harus nyampe sini aja..
Cerita Tentang Kita II | Sebuah Ikatan, Chapter - 7
“Papa?” tanya Alea. Kenzo
mengangguk. Dengan perlahan, dibukanya kotak itu. Isinya sebuah foto yang
nampaknya telah disimpan cukup lama karena warnanya nampak sedikit memudar. Di
foto itu terlihat sosok Alea kecil yang masih TK, sedang digendong oleh Papa. Tiba-tiba
Alea memeluk Kenzo yang berdiri di depannya. Kenzo dapat mendengar suara lirih Alea
yang sedang menangis.
“Ada apa Al?” tanya Kenzo lembut
sambil melepas pelukan Alea.
“Alea kangen sama Papa kak.”
Jawab Alea lirih di sela-sela isak tangisnya.
“Papa lagi sakit Al. Makanya Papa
gak bisa dateng buat Alea.” Kata Kenzo. Alea berusaha mengusap air matanya.
“Sakit apa kak?” tanya Alea.
“Demam biasa aja kok sayang. Mama
yang cerita. Eng..” Kenzo ragu melanjutkan kata-katanya.
“Ada apa kak?” tanya Alea.
“Kakak harus ke Jepang buat
bantuin Papa di sana Al.” kata Kenzo dengan nada berat. Alea tak berkata
apa-apa. Dia menunduk berusaha menyembunyikan air matanya.
“Kenapa kak? Kenapa kakak
ninggalin Alea? Kalo Kakak sama Mama ke Jepang, Alea di sini sama siapa?” tanya
Alea.
“Alea sayang. Yang ke sana cuma
kakak. Mama bakal di sini nemenin Alea.” Jawab Kenzo. Mendengar jawaban Kenzo,
Alea pun dapat menerima meskipun sedikit berat.
“Kak Kenzo mau pergi?” tanya
Emily yang tiba-tiba muncul dari belakang Kenzo.
“Eh. Eng. I..iya Emily. Papaku
butuh aku di sana.” Jawab Kenzo sedikit gugup.
Suasana hening. Alea menarik
tangan Kenzo dan Emily, kemudian menyatukannya. Kenzo dan Emily pun kaget
dengan apa yang dilakukan Alea.
“Kakak, sebelum kak Kenzo pergi,
kakak harus jujur sama perasaan kakak. Perasaan kakak ke Emily. Begitu pula
sebaliknya.” Kata Alea. Hal ini membuat Kenzo dan juga Emily terhenyak.
Tiba-tiba muncul Evan diikuti Tara, dan Rara. Dan orang yang paling shock
melihat pemandangan ini adalah, Rara. Akhirnya, Kenzo pun menarik nafas
panjang. Kemudian mulai berbicara.
“Mily, apa yang bikin aku gak berani
ngungkapin perasaanku adalah sebuah kejadian di masa lalu yang membuatku
kehilangan keinginan untuk mencintai. Rasa sakit karena sesuatu yang orang
sebut ‘rasa cinta’.” Kata Kenzo mengawali. Hal ini membuat Evan dan Tara kaget.
Mereka berdua pun saling pandang. Masa lalu?
“Kenzo..” kata Evan. Kenzo
menoleh ke arah Evan kemudian tersenyum.
“Ingatanku udah pulih Van. Aku
udah inget semuanya dengan jelas.” Kata Kenzo.
“Tapi.. Sejak kapan?” tanya Evan.
“Setelah keluar dari rumah sakit.
Ingatanku berangsur pulih seperti sedia kala. Lukisan itu, hujan deras. Dan
semua tentang Rara. Aku inget semuanya. Gakpapa. Anggap semua itu sebagai masa
lalu dan pelajaran buat kita.” Jawab Kenzo panjang lebar. Evan dan Tara pun
tersenyum mengetahui kebesaran hati Kenzo. Rara yang tak mampu menahan
perasaannya pun menangis dan kemudian memilih pergi.
“Mily, aku gak ingin kamu
terbutakan oleh perasaan ini. Jujur, aku menemukan lagi rasa cinta dalam diriku
setelah ketemu kamu. Tapi aku gak ingin kasih kamu janji-janji yang tinggi
sedangkan aku belum mampu wujudkan.” Kata Kenzo ke Emily.
“Kak, aku akan nunggu kakak
kembali ke sini lagi. Aku akan jaga perasaanku ke kakak.” Kata Emily. Kenzo dan
Emiy pun saling berpandangan dan tersenyum satu sama lain. Ciuman hangat
mendarat di kening Emily. Semua yang ada di situ pun tertegun melihatnya, Emily
pun sampai tak berani bergerak.
“Ehem. Kenzo udah nih Van.
Sekarang giliran loe.” Kata Tara sambil menyenggol Evan yang dari tadi bengong.
“Apa-apaan sih loe kunyuk.” Kata
Evan. Kenzo, Tara, dan Emily pun tersenyum melihat ekspresi Evan.
“Van, tolong jagain Alea.” Kata
Kenzo. Evan menoleh ke arah Kenzo. Kenzo pun tersenyum dan mengangguk. Tapi
Evan masih tampak malu-malu untuk mendekati Alea yang berdiri di samping Emily.
“Nunggu apaan lagi sih loe Van?
Udah peluk aja gak usah malu-malu. Entar gue embat duluan lho. Haha.” Kata Tara
kemudian berlari menjauh.
“Kunyuuuk!! Ke sini loe!!” teriak
Evan berlari mengejar Tara. Hal itu pun membuat Kenzo, Emily, dan Alea tertawa
terbahak.
***
Mentari hari ini tampak cerah
bersinar. Awan tipis menggantung di langit dengan anggun. Entah kenapa, jalanan
tampak begitu lengang sehingga mobil Mama dapat berjalan dengan lancar hingga
bandara. Hari ini adalah hari di mana Kenzo akan berangkat ke Jepang. Mama,
Alea, Emily, dan Evan mengantar Kenzo hingga ke bandara. Suasana tampak sunyi.
Hanya alunan music mp3 dari player yang memenuhi seisi mobil. Tak ada satupun
suara yang keluar dari mulut mereka. Hingga tiba di bandara.
“Ma, Kenzo berangkat dulu.” Kata
Kenzo berpamitan kepada Mama, kemudian mencium tangan beliau dan memeluknya.
“Emily.” Panggil Kenzo ke Emily
yang hanya tertunduk. Dengan gugup, Emily menengadahkan kepalanya.
“Iya kak Kenzo.” Jawab Emily.
Kenzo langsung memeluknya. Emily pun memeluk tubuh Kenzo dan tersenyum. Ada
bulir air mata yang tertahan di ujung matanya.
“Van. Tolong janji ke gue, loe
bakal jagain Alea sampai gue balik ke sini lagi.” Kata Kenzo ke Evan sambil
memegang kedua pundak Evan. Evan pun mengangguk dengan mantap.
“Kenzo, loe bisa pegang janji
gue.” Kata Evan kemudian menjabat tangan Kenzo. Kenzo pun tersenyum. Dia
kemudian berhadapan dengan Alea.
“Alea.” Kata Kenzo sambil
membungkukkan badannya. Dia ingin melihat wajah adik yang sangat dia sayangi
itu sebelum berangkat. Tapi Alea memalingkan wajahnya. Dengan segera, Kenzo
membalik badan Alea. Tampak air mata Alea yang mengalir begitu deras. Tanpa
terasa, air mata Kenzo pun ikut mengalir.
“Kakak!” Teriak Alea sambil
memeluk Kenzo hingga Kenzo hampir saja terjatuh.
“Kakak gak akan lama Al.” kata
Kenzo berusaha membesarkan hati Alea. Pelukan Alea makin erat.
“Janji?” tanya Alea.
“Janji.” Jawab Kenzo. Alea pun
melepaskan pelukannya. Tiba-tiba Kenzo menyerahkan sesuatu kepada Alea. Sebuah
surat. Saat Alea akan membukanya, Kenzo melarang.
“Kenapa kak?” tanya Alea heran.
“Buka kalo Alea kangen sama kakak
ya.” Jawab Kenzo. Alea pun mengangguk pelan. Dengan langkah berat, Kenzo mulai
berjalan pergi.
Lambaian tangan terakhir Kenzo,
menandai kepergiannya. Mama dan Evan tersenyum. Alea dan Emily berpelukan,
berusaha saling menguatkan hati melihat orang yang begitu berharga bagi mereka
akan pergi untuk waktu yang lama. Alea menggenggam erat surat pemberian Kenzo
dan berjanji akan menyimpannya.
Kini Alea harus bisa berjalan
tanpa Kenzo. Meskipun ada Evan dan Emily yang selalu ada untuknya, namun sosok
Kenzo yang begitu hangat dan sangat berarti di hidupnya tak akan pernah dia
lupakan. Seorang kakak yang selalu menjadi sinar fajar yang begitu hangat di
kala dia terjebak dingin malam. Seorang kakak yang seperti sapu tangan, selalu
menyeka keringatnya ketika lelah dan menghapus air matanya ketika sedih.
Seorang kakak yang selalu dia rindukan, selalu dia nantikan kepulangannya,
untuk dapat berkumpul lagi, menuntunnya, mengajarinya apa arti hidup ini.
~ selesai ? ~
Selesaikah? Tapi kayaknya gak asik deh kalo perjuangannya Kenzo gak dicritain.. Tapi.. Pembacanya sendiri gimana nih.. Udah bosen belum yak?? Kasih komentarnya dong... ^^.