Blogger templates

Pages

07 June 2011

DANAU TERKUTUK | Misteri Di Sebuah Danau Kelam


Pas iseng - iseng ngecek isi flash disk lama, nemu file isinya cerita ini. Lumayan bisa buat ngisi blog.. Yuk langsung disikat gan :'D

DANAU TERKUTUK

Remi menatap langit yang gelap dan dingin. Awan hitam tebal menutupi lewatnya cahaya bulan yang biasanya menemani di setiap malam. Angin malam yang dingin berhembus kian kencang. Air danau yang dingin tak menyurutkan semangat Remi untuk menemukan benda itu.

“Oii…sampai kapan kau mau di situ? Pulanglah.” Ujar seorang nenek tua yang kebetulan lewat. Ia membawa baki yang berisi kue-kue jualan yang mungkin sudah tak laku lagi. Remi memperhatikan nenek itu sebentar lalu melanjutkan pencarian tanpa menghiraukan nasihat nenek itu.

“hey…dasar bocah tak tahu adat…
dengarkan kalau nenek bicara, atau sebenarnya kamu itu tuli dan bisu?” Ujar nenek berang karena tak dihiraukan. Remi melotot ke arah nenek tersebut, lalu pergi meninggalkan tempat itu. Si nenek terus mengomel sedemikian rupa hingga seseorang mengagetkannya dari belakang.

“Gyaa…apa-apaan kau…seenaknya muncul dan mengagetkan orang tua…” Teriak si nenek sambil memegangi dadanya yang berdegup kencang karena kaget. Seorang bocah muncul sambil tersenyum jahil.

“Hihihi…nenek tidak tahu ya kalau Remi memang tak bisa bicara? Percuma saja mengajaknya ngobrol tah dia tak akan menjawab.” Ujar bocah berambut kepang sambil memunguti kue-kue yang jatuh dari baki si nenek. Si nenek terdiam sesaat.

“Umm…jadi namanya Remi? Ngomong-ngomong kau tahu apa yang dia cari?” Tanya nenek itu penasaran. Si bocah berkepang tadi tersenyum dengan ekspresi datar.

“Suatu pengharapan yang percuma.” Ujar Bocah itu sambil meninggalkan nenek itu sendirian di tepi danau. Si nenek hanya terbengong-bengong tak tahu maksud bocah kecil tadi.

Keesokan malamnya, si nenek pulang melewati tepi danau itu lagi. Ia tak menyangka Remi masih mencari sesuatu di tempat yang sama. Badannya basah terkena lumpur danau yang kotor.

“Hey nak…maaf kemarin nenek berkata kasar seperti itu.” Ujar si nenek sambil duduk di sebuah batu yang besar di dekat pohon pisang. Remi menengok sebentar lalu membalasnya dengan senyum pertanda dia memaafkan nenek itu. Si nenek merasa lega dan menawari kue jualannya yang ia bawa.

“Kau mau? Ini sebagai tanda maafku.” Ujar si nenek ramah. Remi menggeleng dan terus mencari sesuatu di dasar danau. Si nenek semakin penasaran dengan apa yang dicari Remi. Ia melepaskan sandalnya dan hendak masuk ke air danau yang dingin untuk membantu Remi. Tiba-tiba sebuah lengan kecil menahannya.

“Sebaiknya nenek tak usah ke sana.” Ujar bocah berkepang yang kemarin mengagetkannya. Si nenek menoleh dengan wajah bingung.

“Kenapa aku tak boleh membantunya? Kasihan dia, bukankah barang yang dicarinya begitu penting sampai ia terus mencarinya hingga malam begini?” Tanya si nenek sambil menatap Remi yang masih sibuk sendiri. Si bocah berkepang melepaskan tangan si nenek.

“Bukannya mencari hingga malam, tapi mencari ketika malam…” Ujar anak tersebut sambil menyomot kue yang ada di pinggir batu. Si nenek baru menyadari hal tersebut. Ia tak pernah bertemu Remi sebelumnya. Ia juga menyadari bahwa ia hanya bertemu Remi ketika malam hari di saat bulan tertutup awan. Jika dipikir-pikir, kenapa ada orang yang mencari barang di danau pada malam hari? Bahkan tanpa penerangan sedikitpun? Harusnya, jika barang itu begitu penting ia bisa mencarinya ketika siang hari saat matahari bersinar? Kenapa ia tak mencari di siang hari? Pikiran nenek penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab. Si nenek mendekati Remi yang masih sibuk mencari. Nenek tersebut menepuk punggung Remi dan ketika Remi menoleh.

“Gyyaa….” Teriak si nenek kencang. Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan jatuh di air danau yang dingin dan kotor. Ia telah melihat sesuatu yang mengerikan. Tepat pada saat Remi menoleh. Awan yang menutupi bulan bergeser sehingga sinarnya menerangi wajah Remi yang ternyata tak memiliki separuh wajah.

Si nenek berusaha melarikan diri namun tangannya dicengkram begitu kuat sampai-sampai kulit pergelangan tangannya yang sudah keriput itu terkelupas. Si nenek mengerang kesakitan namun Remi tak memperdulikan hal itu. Ia malah semakin kencang menarik lengan nenek yang sudah lemah itu.

“Tolong…tolong…” Ujar si nenek meminta bantuan bocah berkepang yang masih duduk dengan tenang di atas batu. Bocah itu tersenyum sambil memakan kue milik nenek yang masih tersisa di bakinya.

“Wah selamat ya kak…akhirnya dapat tubuh baru juga…” Ujar si bocah berkepang sambil terkikik kencang. Tubuh nenek tua sudah menghilang. Remi menghisapnya ke dalam tubuhnya. Bajunya berlumur darah segar dan lumpur danau sehingga menimbulkan aroma yang tak sedap.

“Hihihi…yah…walau sedikit tua tapi bisa memperpanjang umurku 5 tahun lagi…hihihi…” Ujar Remi sambil menjilati darah si nenek yang menempel di tangannya. Bocah berkepang itu berdiri dan mendekat ke arah Remi.

“Walau tubuh asli kakak tak ditemukan hingga sekarang, aku bahagia kakak tak meninggalkan aku…” Ujar bocah berkepang itu sambil memeluk Remi.

“Tentu…aku tak mungkin meninggalkanmu…5 tahun lagi ayo cari tubuh baru yang lebih muda… Untuk kelangsungan hidup kita…” Ujar Remi sambil menata langit yang kembali menjadi gelap gulita. Gadis berkepang itu memeluk erat kakaknya lalu bersamaan dengan munculnya bulan mereka menghilang di balik keheningan malam yang di buat-buat itu.

~End~


0 comments:

Post a Comment

Abis baca artikelnya, kasih komentar ya.. Supaya artikel selanjutnya bisa lebih bagus... ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...