Blogger templates

Pages

31 May 2011

TERIMA KASIH TELAH MEMAAFKANKU | There Is No Late For An Apology


Lagi buntu ide.. Posting cerpen ini aja deh. Cerpen jelek tapi dibuang sayang.. hehe..
  
TERIMA KASIH TELAH MEMAAFKANKU

Ryan duduk termenung sendirian di bangku taman. Di dalam kepalanya, kata – kata Dion, teman sekampusnya masih terus bergemuruh,”Yan, lu tega banget sih nyakitin perasaan cewek kaya Saski. Dia kan selama ini baik banget sama elu. Tapi, lu malah bikin Saski nangis kayak gitu. Lu nggak pantes Yan, dapetin Saski !.” Berulang kali, hanya kalimat itu yang terus ada di dalam pikiran Ryan. Di dalam hatinya, kini timbul rasa penyesalan yang sangat besar.
Di rumah pun, dia tak bisa konsentrasi untuk mengerjakan tugas kuliah. Makan pun, jadi tak nikmat. Pikirannya hanya tertuju pada apa yang telah dia lakukan kepada Saski tadi pagi di kampus. Ryan telah membentak Saski, ketika Saski melihat Ryan sedang duduk berdua dengan Renata. Bahkan, Ryan sempat mengucap kata putus. Seketika itu, Saski langsung pergi sambil berlinang air mata. Hal itu lah yang saat ini sedang berkecamuk di kepala Ryan. Perasaan menyesal dan bersalah yang sangat dalam. Akhirnya, dia bertekad untuk meminta maaf kepada Saski esok hari di kampus.
***
Pagi – pagi sekali, Ryan sudah berada di kampus.
Hal ini semata dia lakukan agar bisa bertemu dengan Saski. Dia menunggu agak lama hingga rasa jenuh mulai menghampirinya. Tiba – tiba, dia melihat seseorang yang berjalan memasuki gerbang kampus. Saski ! Dia ingin menghampirinya, tapi karena malu, dia akhirnya memutuskan untuk menunggu Saski. Tak lama, Saski berjalan di depannya, tanpa melihat keberadaannya, antara tak tahu atau tak ingin tahu. Melihat Saski yang berjalan melewatinya, Ryan ingin segera menyusul. Tapi, hatinya kembali meragu. Hingga akhirnya sosok Saski sudah tak terlihat, Ryan masih tak mengejar Saski.
Di kelas, mata Ryan hanya menatap kosong ke arah luar. Pikirannya sama sekali tidak tertuju kepada materi kuliah yang sedang disampaikan dosen. Hingga beberapa kali, dia kena tegur oleh dosen yang sedang mengajar. Pikirannya masih saja tertuju ke Saski yang telah dia sakiti. Ryan masih memikirkan bagaimana cara minta maaf ke Saski, agar hubungan mereka bisa kembali baik.
Karena kuliah hari ini sudah selesai, Ryan bergegas meninggalkan kelasnya. Dia pergi mencari Saski. Tapi, dia tak dapat menemukan Saski. Sampai sore hari, Ryan tak bisa menemukan sosok Saski. Padahal, dia sudah beberapa kali berputar – putar mencarinya. Karena tak ada hasil, dia memilih untuk pulang.
Sesampainya di rumah, Ryan langsung menuju ke kamarnya kemudian menjatuhkan diri ke tempat tidur. Tiba – tiba dia teringat sesuatu. Saski pernah bercerita padanya kalau Saski akan pergi magang ke luar kota selama 2 bulan. Dan akan berangkat hari Rabu. “Hari ini !” teriak Ryan sambil bangkit dari tempat tidurnya. Hati dan pikirannya semakin kacau. Bagaimana mungkin dia bisa minta maaf kalau Saski akan pergi untuk waktu yang cukup lama. 2 bulan. Seolah kehilangan daya, Ryan langsung lemas.
Sebenarnya, Ryan ingin sekali menyusul Saski. Tapi, semua teman Saski tak mau memberitahu alamat tempat tinggal Saski selama magang. Hanya cibiran dan hinaan yang didapatkan Ryan. Akhirnya Ryan hanya bisa menunggu kepulangan Saski.
Selama menunggu Saski, Ryan banyak berubah. Ryan yang semula adalah cowok yang sangat banyak bicara, berubah menjadi cowok yang pendiam. Teman – teman Ryan mulai merasakan perubahan Ryan yang sangat drastis itu. Terutama Dion. Dion tahu pasti kalau yang mengubah sifat Ryan itu pasti Saski. Sebenarnya, Dion masih kesal dengan Ryan beberapa waktu lalu. Tapi, melihat kondisi Ryan sekarang, rasa iba Dion muncul. Dion pun menghampiri Ryan yang dari tadi duduk termenung sendirian.
“Yan, elu masih mikirin Saski ya ?”
“Iya, Yon. Aku ngerasa bersalah banget udah nyakitin hati Saski. Nyesel banget aku, Yon.” Jawab Ryan agak kaget.
“Yang sabar. Kalo Saski itu udah ditakdirin Tuhan buat elu, dia pasti bakal maafin elu. Tenang.” Hibur Dion ke Ryan. Dalam hati, Dion lega karena Ryan ternyata menyesal.
“Makasih, Yon.”
“Oke, Yan. Yuk ke kantin, aku traktir deh. Jangan sedih gitu.”
Ryan pun menyetujui ajakan Dion. Dalam hatinya, Ryan senang karena ternyata Dion tidak lagi marah padanya. Sedikit senyuman terlihat dari wajah Ryan. Dalam hati, dia berkata “makasih sobat. Elu emang temen terbaik yang gue punya.”
***
Hari – hari penantian dijalani Ryan dengan hati dan pikiran yang kacau. Banyak tugas kuliah yang dikerjakannya hanya asal jadi. Hanya ada Saski yang ada di hati dan pikirannya kini. Memang, Ryan sudah tidak terlalu pendiam lagi. Tapi, tiap ingat Saski, dia langsung termenung. Sampai dia mendengar kabar dari Dion. Kabar kedatangan Saski.
Dalam hati, Ryan sudah tak sabar untuk menemui Saski. Tapi masih 3 hari lagi. Meskipun masih harus menunggu, tapi Ryan sudah mulai bisa menguasai dirinya. Perlahan, dia mulai menata hati dan pikirannya, agar saat bertemu dengan Saski nanti, dia tidak lagi salah bicara. Dion pun menyemangati sahabatnya ini.
“Tenang Yan. Kamu pasti bakal dapet maaf dari Saski. Percaya deh.”
“Emmm.. iya Yon. Semoga aja Saski mau nerima permintaan maaf ku.”
“Sipp.. itu baru sohib gue.” Kata Dion sambil menepuk pundak Ryan.
Secuil senyuman tersembul dari bibir Ryan. Dalam hati, dia bertekad untuk meminta maaf pada Saski, apa pun hasilnya.
***
Akhirnya, hari yang ditunggu – tunggu Ryan tiba. “Saski akan mulai masuk kuliah hari ini. Dan hari ini, gue bakal minta maaf ke Saski. Harus.” Kata Ryan dalam hati. Ponsel Ryan berbunyi. Ternyata ada SMS dari Dion. “Semangat sob !” tulis Dion dalam SMS-nya. Ryan hanya tersenyum membaca SMS itu. Setelah bersiap, Dion pun berangkat ke kampus dengan penuh pengharapan. Harapan agar Saski mau memaafkannya.
Di kampus, Ryan tak melihat tanda – tanda keberadaan Saski. Beberapa kali dia bolak – balik mencari Saski, tapi menemukan apa pun. Dia berhenti sejenak karena sudah lelah. Saat sedang menikmati segelas air dingin, ponsel Ryan bordering. Dilihatnya ponsel itu. Dan agak tersedak ketika tahu kalau yang memanggil adalah Saski! Dengan agak gugup, Ryan mengangkat panggilan itu.
“Ha..halo, Saski !”
“Halo, Ryan. Kamu di mana ? Dion bilang kamu nyariin aku.” Balas suara Saski di balik ponsel. Ryan tak langsung menjawab. Dion? Pikirnya.
“Yan?”
“Eh.. I iya Sas. Kita ketemuan aja deh. Di taman ya.”
“Iya deh. Di taman jam 1.” Saski langsung menutup ponselnya.
Setelah menerima telepon dari Saski, Ryan tak langsung bergegas menuju taman. Dia masih bingung, bagaimana mungkin Saski yang sudah dia sakiti mau meneleponnya? Kemudian, dia ingat satu nama yang tadi sempat disebut oleh Saski, Dion. Segera saja Ryan menelepon Dion. Tak perlu waktu lama, Dion langsung mengangkat telepon dari Ryan.
“Halo, Yon. Tadi Saski nelepon gue terus …” belum sempat Ryan menyelesaikan kalimatnya, Dion langsung memotongnya.
“Udah deh, Yan. Kalo elu emang bener – bener pengen minta maaf sama Saski, ini adalah waktu yang tepat. Jangan sampe elu nyesel karena nggak segera minta maaf ke Saski. Good luck.” Telepon langsung ditutup oleh Dion.
Ryan hanya terbengong – bengong mendengar apa yang dikatakan Dion. Tapi, dalam hatinya, Ryan sudah bulat untuk menemui Saski. Akhirnya, Ryan segera berangkat ke taman untuk menemui Saski, dengan penuh harapan.
Sesampainya di taman, Ryan langsung bisa melihat sosok Saski yang sedang duduk sendirian di bangku taman. Dengan langkah gugup, Ryan perlahan berjalan ke arah Saski. Saat hampir dekat dengan Saski, Ryan menarik nafas panjang, kemudian duduk di samping Saski. Dengan gugup, dia memulai pembicaraan.
“Udah lama Sas?”
“Nggak kok. Aku baru aja nyampe.” Jawab Saski tanpa melihat ke arah Ryan.
“Kata Dion, kamu mau ngomong sesuatu ke aku.” Lanjut Saski. Mendengar pertanyaan Saski, Ryan mendadak gugup. Tapi karena sudah membulatkan hati untuk minta maaf ke Saski, dia pun segera mengutarakannya.
“Iya Sas. Mungkin apa yang mau aku omongin ke kamu ini udah nggak ada gunanya. Tapi, hanya dengan ini, hatiku bisa tenang.” Ryan menghentikan perkataannya. Dia menarik nafas panjang. Saski yang dari tadi terkesan agak cuek pada Ryan terlihat mulai memperhatikan Ryan.
“Aku pengen minta maaf ke kamu atas apa yang pernah aku lakuin selama ini kamu. Terserah kamu mau maafin aku atau nggak, aku akan terima.” Setelah mengucapkannya, Ryan langsung terdiam. Menanti jawaban apa yang akan diberikan Saski.
“Yan, perlu kamu tahu. Selama ini, aku udah maafin kamu. Karena aku nggak mungkin menyimpan perasaan dendam sama orang yang aku sayangi.”
“Jadi… Saski…” agak terbata – bata Ryan menanggapi apa yang baru saja dia dengar dari mulut Saski.
“Ryan, di dalam hatiku nggak ada orang lain selain kamu. Aku akan selalu sayang sama kamu.” Kata Saski sambil memegang tangan Ryan.
Mendengar hal itu, Ryan tak mampu mengucapkan apa – apa. Dia langsung memeluk tubuh Saski penuh rasa sayang. Rasa sayang yang selama ini dia pendam dalam – dalam di hatinya.
“Makasih Saski. Dan sekali lagi, maafin aku karena selama ini aku udah bikin kamu kecewa dengan semua sikap bodohku. Aku janji, aku nggak akan bikin kamu sakit lagi. Dan aku janji…” Ryan melepaskan pelukannya.
“Aku akan selalu menyayangi kamu, aku akan setia seperti kamu. Itu janjiku.” Kata Ryan kemudian mengecup kening Saski. Saski tak berkata apa – apa. Hanya ada sebuah senyuman yang muncul dari bibirnya.
Kini, Ryan sudah sepenuhnya sadar kalau perasaannya ke Saski bukanlah rasa yang sesaat. Dan di dalam hatinya, dia berjanji untuk selalu menyayangi Saski dan menjaga hati lembut Saski dengan segenap hati dan jiwanya.


1 comments:

  1. aku gak mudeng intei critane nur.... hehe... carane nginstall os lewat flashdisk gmana ???

    ReplyDelete

Abis baca artikelnya, kasih komentar ya.. Supaya artikel selanjutnya bisa lebih bagus... ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...