Alhamdulillah, akhirnya ane bisa nulis cerpen lagi setelah sekian lama vakum (halah, sok eksis aja hahaha). Langsung aja deh gan... Selamat membaca...
SELAMAT TINGGAL, CHERYL...
“Cheryl.”
“Ya?” Cheryl menoleh. Ternyata Kenzo yang memanggilnya.
“Kenzo? Ada apa?” Tanya Cheryl.
“Eng, kamu sibuk nggak siang ini?”
“Siang ini sebenernya ada janji sama temen, tapi dia kayaknya nggak bisa dateng deh. Emang ada apa?”
“Aku pengen ngajak kamu jalan. Kamu mau nggak?” Tanya Kenzo ke Cheryl.
“Boleh, jam 1 ya. Aku tunggu di rumah. Sampai ketemu.” Jawab Cheryl sambil berlalu.
Kenzo hanya melambaikan tangan sambil melempar senyum melihat Cheryl melangkah pergi. Dalam hatinya, dia merasa senang karena akhirnya dia bisa pergi berdua dengan Cheryl, gadis yang selama ini dia sukai.
Dengan perasaan berbunga – bunga, Kenzo melangkah pulang menuju rumahnya. Sepanjang jalan, hanya senyum yang selalu terlihat di wajahnya. Dia sudah tak sabar untuk bertemu dengan Cheryl.
***
Jam yang menggantung di dinding menunjukkan pukul 12.30. Kenzo sudah selesai bersiap untuk menjemput Cheryl. Dengan langkah pasti, Kenzo segera pergi menuju rumah Cheryl yang memang tidak jauh dari rumahnya.
Sesampainya di rumah Cheryl, ternyata Cheryl sudah menanti kedatangan Kenzo.
“Kenzo, yuk berangkat.” Ajak Cheryl. Kenzo hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Awalnya, mereka hanya saling diam. Namun, lama – kelamaan suasana dapat mencair dan obrolan – obrolan ringan meluncur dari mulut mereka berdua. Tak jarang, suara tawa terdengar ketika ada gurauan yang terucap.
Sesampainya di taman, Kenzo mengajak Cheryl untuk duduk istirahat sebentar. Kenzo menghela napas panjang, seolah ada sesuatu yang ingin dia sampaikan tetapi tak mampu dia ungkapkan. Cukup lama suasana kembali berubah menjadi sunyi. Sampai akhirnya Kenzo memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang mengganjal di hatinya.
“Cheryl.” Panggil Kenzo. Cheryl menoleh.
“Iya, Kenzo. Ada yang pengen kamu omongin?” Tanya Cheryl sambil tersenyum. Manis sekali.
“Aku… udah lama banget suka sama kamu… Mau nggak kamu… Jadi pacarku?” Tanya Kenzo dengan hati – hati. Mendengarnya, Cheryl hanya tersenyum sambil mengalihkan pandangannya dari Kenzo.
“Kenzo, tau nggak? Sebenarnya aku juga nyimpen rasa suka ke kamu.” Kata Cheryl. Kenzo langsung kaget mendengarnya.
“Jadi?” Tanya Kenzo kaget.
“Iya. Aku mau jadi pacar kamu.” Jawab Cheryl tersenyum sambil memandang wajah Kenzo yang masih belum bisa lepas dari rasa kagetnya. Kenzo terdiam. Dia masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja dia dengar.
“Cheryl, tolong cubit pipi aku.” Pinta Kenzo. Cheryl pun langsung mencubit pipi Kenzo.
“Aduuhh! Sakit! Berarti aku nggak mimpi kan?” Tanya Kenzo dengan wajah yang lucu. Cheryl tertawa melihatnya.
“Ih, Kenzo suka gitu. Iya, kamu tuh lagi nggak mimpi. Sekarang, kita adalah sepasang kekasih.” Jawab Cheryl.
“Kekasih?” Tanya Kenzo lagi.
Cheryl hanya mengangguk, langsung mencium pipi Kenzo. Kenzo tak mengucapkan apa – apa lagi. Kini dia sudah yakin dengan apa yang sedang dia alami. Dia dan Cheryl sekarang adalah sepasang kekasih. Kenzo memandang Cheryl yang tersenyum memandangnya. Dia berjanji akan selalu menjaga Cheryl dan tidak akan menyakiti hatinya.
***
Waktu begitu cepat berlalu. Tanpa terasa, sudah hampir 2 tahun hubungan yang dijalin Kenzo dan Cheryl. Suka dan duka sudah mereka lalui bersama. Pertengkaran yang berulang kali terjadi, namun akhirnya dapat reda membuat hubungan mereka semakin erat. Mereka pun berjanji untuk selalu bersama dalam keadaan apa pun.
“Cheryl, aku pengen ngajak kamu ke suatu tempat.” Ajak Kenzo.
“Mau ke mana?” Tanya Cheryl penasaran. Kenzo hanya tersenyum. Dia langsung meraih tangan Cheryl. Cheryl hanya mengikuti ke mana Kenzo mengajaknya pergi. Dalam hati, dia bertanya – Tanya ke mana Kenzo akan membawanya.
“Udah sampai.” Kata Kenzo. Ternyata tujuannya adalah danau. Kenzo langsung duduk di tepi danau tersebut. Cheryl pun langsung ikut duduk di samping Kenzo.
“Danaunya indah.” Kata Cheryl sambil menyandarkan kepalanya di bahu Kenzo. Mata Cheryl memandang lurus ke arah danau yang benar – benar indah.
Tiba – tiba pandangannya terhalang sesuatu. Dia pun mengangkat kepalanya. Ternyata benda yang menghalangi pandangannya itu adalah tangan Kenzo. Cheryl pun bingung.
“Kenzo, ada apa?” Tanya Cheryl.
“Lihat ya,” jawab Kenzo. Tangan Kenzo yang dari tadi mengepal langsung dia buka kemudian dia hadapkan ke Cheryl. Terlihat sepasang cincin berada di telapak tangan Kenzo. Melihatnya, Cheryl pun hanya tersenyum.
“Kenzo...” Kata Cheryl sambil masih terus memandangi cincin itu.
“Cheryl, mau nggak kamu nikah sama aku?” Tanya Kenzo. Ternyata dia berniat melamar Cheryl.
Cheryl tak mengucapkan sepatah kata pun. Tapi, terlihat bulir – bulir air mata mulai menetes dari mata indahnya. Sebuah senyuman yang begitu manis tersungging dari bibir indahnya. Perlahan, dia menarik nafas panjang.
“Kenzo, aku mau.” Jawab Cheryl singkat.
Tanpa panjang lebar, Kenzo langsung memeluk tubuh Cheryl. Perasaan bahagianya saat itu tak dapat digambarkan. Begitupun dengan Cheryl yang langsung mendekap erat Kenzo. Setelah itu, Kenzo pun memakaikan cincin itu ke jari manis Cheryl, begitu pula sebaliknya. Kini, di masing – masing jari manis mereka, telah terpasang cincin yang mengikat hubungan mereka menjadi semakin erat.
***
“Eh, Kenzo. Denger – denger, loe udah ngelamar si Cheryl ya?” Tanya Alan, salah satu sahabatnya pada suatu kesempatan.
“Iya. 2 hari yang lalu, gue ngelamar dia.” Jawab Kenzo tenang. Terlihat senyum kecil di bibirnya.
“Trus trus, gimana? Dia nerima loe nggak?” Tanya Ryan, sahabat Kenzo yang satunya, penasaran.
“Nih.” Jawab Kenzo menunjukkan cincin yang melingkari jarinya ke arah Alan dan Ryan.
“Dia nerima lamaran loe?” Tanya Alan lagi. Kenzo hanya mengangguk mengiyakan.
“Wah, selamat ya sob. Loe udah bisa dapetin apa yang loe mau.” Kata Alan memberikan ucapan selamat.
“Eitss… jangan lupa, kalo butuh dokumentasi, jangan lupa panggil kita ya. Hahaha” timpal Ryan.
“Iya, makasih ya sob. Tenang aja. Gue bakal order ke tempat Video Shooting kalian deh pas acara pernikahan nanti.” Kata Kenzo.
Saat Kenzo, Alan, dan Ryan sedang asyik ngobrol, tiba – tiba muncul Cheryl.
“Hai, Kenzo. Eh, ada Alan sama Ryan juga ya?” sapa Cheryl dengan hangat.
“Eh, bu Kenzo datang.” Jawab Ryan sambil menggoda Cheryl.
“Ih, Ryan kebiasaan nih. Suka banget ngegoda orang. Hihihi” kata Cheryl sambil tertawa kecil
“Eh, iya nih Cheryl. Wah, beruntung banget nih si Kenzo bisa dapetin kamu. Udah cantik, baik lagi. Kalo si Kenzo nakal, jewer aja. Dia orangnya bandel banget soalnya.” Kata Alan sambil bercanda.
“Haha. Iya iya. Kalo nakal, ntar aku jewer deh.” Jawab Cheryl sambil tertawa.
“Ah, loe sob. Gue kan nggak nakal – nakal amat.” Jawab Kenzo sedikit tidak terima. Alan, Ryan dan Cheryl hanya tertawa melihat reaksi Kenzo.
“Kenzo, anterin aku ke dokter ya?” pinta Cheryl.
“Iya, memang kamu sakit apa?” Tanya Kenzo.
“Aku nggak tahu. Makanya, temenin aku ya?”
“Iya deh. Sob, gue nganterin Cheryl dulu ya. Lain kali disambung lagi.” Kata Kenzo berpamitan kepada Alan dan Ryan.
“Iya. Kalian ati – ati di jalan ya.” Kata Alan dan Ryan bersamaan.
Kenzo pun segera mengantar Cheryl ke rumah sakit. Di sepanjang perjalanan, Cheryl lebih banyak diam. Hanya beberapa patah kata saja yang meluncur dari bibirnya. Itu pun hanya menjawab pertanyaan dari Kenzo. Hal itu membuat Kenzo tidak tenang. Dia akhirnya memutuskan untuk diam dan tidak berbicara apa – apa lagi. Sesekali, dipandangnya wajah Cheryl yang terlihat murung. Ingin sekali dia tahu apa yang terjadi. Tapi, dia takut bila ditanyakan akan membuat Cheryl sedih.
Sesampainya di dokter, Cheryl meminta Kenzo untuk tidak ikut masuk. Ada tanda Tanya besar di benak Kenzo. Ada apa? Tapi, demi menjaga perasaan Cheryl, dia memutuskan untuk menunggu di luar. Tak berapa lama, Cheryl sudah keluar.
“Yuk, Kenzo. Kita pulang.” Ajak Cheryl.
“Yuk.” Jawab Kenzo.
Di perjalanan pulang, Cheryl pun juga hanya terdiam sambil menatap kosong ke luar jendela. Karena tidak tahan, akhirnya Kenzo menanyakan apa yang sangat ingin dia tanyakan.
“Cheryl, sebenernya ada apa sih? Kenapa kamu tadi nyuruh aku nunggu di luar? Apa ada yang kamu sembunyiin dari aku?” Tanya Kenzo tanpa menatap Cheryl.
Mendengar pertanyaan Kenzo, Cheryl tak langsung menjawab. Dia menghela nafas.
“Maaf, Kenzo. Aku nggak pengen kamu tahu tentang hal ini saat ini. Waktunya belum tepat. Aku bakal kasih tahu kamu pada waktunya nanti.” Jawab Cheryl sambil tertunduk.
Kenzo tak berkata apa – apa lagi. Dia memang ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, karena tak tega melihat keadaan Cheryl, dia memilih diam. Tangannya mengusap kepala Cheryl dengan lembut.
***
Alan terlihat sedang sibuk membersihkan perlengkapan shooting-nya. Hari ini Ryan sedang sakit sehingga hanya dia sendirian di situ. Saat sedang mengangkat kamera, tiba – tiba dia dikejutkan oleh kedatangan Cheryl. Hampir saja dia menjatuhkan kamera yang sedang dibersihkannya.
“Eh, maaf ya Alan. Aku nggak bermaksud ngagetin kamu.” Kata Cheryl meminta maaf.
“Iya, nggak papa kok. Ada apa? Tumben main ke sini. Si Kenzo nggak ke sini.” Kata Alan.
“Alan, kamu sibuk nggak?” Tanya Cheryl.
“Nggak. Emang ada apa?” Alan berbalik bertanya.
“Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu. Tapi nggak di sini.” Jawab Cheryl. Alan berpikir sejenak, kemudian memutuskan.
“Iya, deh. Aku ganti baju bentar.”
Tak berapa lama, Alan sudah keluar. Dia dan Cheryl pun bergegas pergi. Ternyata Cheryl tak memiliki tujuan pasti. Dia hanya mengajak Alan berputar – putar. Akhirnya Alan memutuskan mengajak Cheryl ke taman agar bisa segera mendengar apa yang ingin disampaikan Cheryl.
Sesampainya di taman, Alan mempersilakan Cheryl untuk duduk, kemudian meminta Cheryl untuk menceritakan apa yang sebenarnya ingin diceritakan. Awalnya Cheryl ragu, tapi setelah diyakinkan oleh Alan, dia mau bercerita. Alan memperhatikan dengan seksama. Tiba – tiba Cheryl melepas cincin pemberian Kenzo dan menyerahkannya kepada Alan. Alan mencoba menahan Cheryl, tapi Cheryl langsung berdiri dari duduknya. Setelah itu, Cheryl melangkah meninggalkan Alan yang kebingungan.
Akhirnya, Alan memutuskan untuk pulang. Tapi, baru beberapa langkah meninggalkan bangku, ada tangan yang dengan kuat menariknya sehingga dia hampir terjatuh. Ternyata tangan Kenzo! Alan pun kaget. Dia berpikir, apakah Kenzo melihatnya berduaan dengan Cheryl tadi, sehingga Kenzo cemburu?
“Kenzo, apa – apaan loe?” Tanya Alan.
“Seharusnya gue yang Tanya! Apa – apaan loe berduaan sama Cheryl di sini? Loe selingkuh sama dia?” Tanya Kenzo dengan nada marah.
“Loe gila? Nggak mungkin gue berkhianat sama sahabat gue sendiri!” Jawab Alan.
“Gue nggak percaya! Pasti ada sesuatu antara loe sama Cheryl. Gue bakal buka topeng busuk loe!” kata Kenzo kemudian bergegas pergi dengan amarah yang meluap – luap.
Alan hanya terdiam. Dia semakin bingung dengan keadaannya sekarang. Berada di antara Kenzo dan Cheryl. Saat itu dia ingat kalau dia masih menggenggam cincin Cheryl. Dia ingin berlari memberikannya ke Kenzo tapi segera dia urungkan karena dia ingat kata – kata Cheryl tadi. Alan pun memutuskan untuk pulang.
***
Keesokan harinya, Cheryl kembali datang menemui Alan. Dia kembali mengajak Alan untuk pergi. Kebetulan, ada Ryan yang melihat Alan dan Cheryl. Dia pun segera menghampiri mereka berdua.
“Kalian mau ke mana?” Tanya Ryan curiga.
“Gue mau keluar bentar sama Cheryl. Loe jaga sendiri ya.” Jawab Ryan.
“Kalian selingkuh?” Tanya Ryan lagi. Kali ini agak berbisik.
“Ha? Gila loe!” jawab Alan setengah berteriak.
“Bukan gitu, Ryan. Aku cuma pengen minta tolong sama Alan aja. Jangan salah paham ya.” Kata Cheryl mencoba menjelaskan.
Ryan pun mengangguk. Cheryl merasa tenang. Hanya Alan yang masih terlihat menahan emosinya. Cheryl pun segera mengajak Alan pergi. Ryan melihat Alan dan Cheryl pergi dengan meninggalkan tanda Tanya besar di benaknya. Ada apa antara mereka berdua?
Meskipun berjalan berdua, Alan dan Cheryl menjaga jarak. Mereka berusaha menjaga perasaan masing – masing. Saat akan menyeberang jalan, Cheryl melihat Kenzo yang ada di seberang jalan yang lain. Ternyata Kenzo pun melihat Alan dan Cheryl. Melihat hal itu, Cheryl langsung mendekati Alan dan menempel padanya.
“Alan, tolong peluk aku.” Pinta Cheryl dengan berbisik.
“Ha? Maksud kamu apa?” Alan menolak.
“Tolong.” Pinta Cheryl sambil menundukkan kepalanya. Kemudian memeluk tubuh Alan. Alan meskipun dengan canggung akhirnya memeluk tubuh Cheryl. Cheryl menangis ketika memeluk tubuh Alan. Dia pun menyembunyikan wajahnya dari Alan. Hatinya sedih karena harus melukai perasaan orang yang sangat dicintainya. Alan, hanya kebingungan dengan keadaannya sekarang. Dia tidak sadar kalau ada Kenzo yang mengawasinya dan Cheryl.
Melihat Alan dan Cheryl berpelukan, Kenzo memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu. Dia sudah tidak tahan melihatnya. Dia melangkah gontai. Hatinya benar – benar remuk saat itu. Dia melangkah entah ke mana tanpa tujuan. Tanpa dia sadari, matanya mulai meneteskan bulir – bulir bening air mata. Dia akhirnya terjatuh dan menangis.
Di tempat lain, Cheryl dan Alan dalam perjalanan kembali ke tempat kerja Alan. Selama di perjalanan, suasana begitu sunyi. Mata Cheryl masih basah karena air mata. Sedangkan Alan kebingungan dengan apa yang barusan terjadi.
Sesampainya di depan tempat kerjanya, sudah ada Ryan yang menyambut mereka berdua. Dia pun mengajak Cheryl masuk.
“Cheryl, masuk dulu yuk. Aku bikinin minum.” Ajak Ryan. Cheryl hanya menggelengkan kepala.
“Aku pulang dulu ya. Sampai jumpa.” Kata Cheryl pamit. Alan dan Ryan pun hanya bisa melihat Cheryl yang melangkah gontai meninggalkan mereka. Tapi, baru beberapa langkah tiba – tiba tubuh Cheryl ambruk. Dia tak sadarkan diri. Melihat hal itu, Alan dan Ryan pun segera berlari untuk menolong Cheryl. Mereka pun segera membawa Cheryl ke rumah sakit.
***
Cheryl yang baru saja siuman baru sadar kalau dia sudah ada di kamar sebuah rumah sakit. Saat matanya berkeliling melihat ke seluruh ruangan, terlihat Alan dan Ryan yang tertidur di kursi di sebelah ranjangnya. Di lengannya sudah terpasang infus. Air matanya pun mengalir.
Ryan terbangun karena mendengar rintihan tangis Cheryl. Dia pun segera membangunkan Alan yang masih tertidur.
“Cheryl. Kamu udah siuman?” Tanya Ryan. Cheryl hanya mengangguk. Alan tak mengucapkan apa – apa. Dia begitu iba melihat keadaan Cheryl. Di kepalanya masih terdengar ucapan dokter yang memeriksa Cheryl. Kanker otak yang diidap Cheryl sudah tidak tertolong, dan dokter memvonis kalau umur Cheryl sudah tidak lama lagi.
Alan pun menceritakan semuanya ke Ryan. Ryan pun kemudian mengerti. Tapi dia tidak habis pikir, mengapa Cheryl tidak mau memberitahu Kenzo tentang keadaannya.
“Cheryl, kenapa kamu nggak kasih tau Kenzo tentang keadaan kamu?” Tanya Ryan.
“Aku nggak mau dia sedih karena mikirin aku, Ryan. Jadi, aku rahasiain semua ini dari dia.” Jawab Cheryl dengan wajah sedih.
“Kamu yang kuat ya. Ada aku sama Alan yang bakal ngerawat dan ngejaga kamu 1 x 24 jam nonstop.” Kata Ryan sambil bercanda, mencoba menghibur Cheryl. Cheryl pun tertawa kecil mendengarnya.
Hari demi hari, Alan dan Ryan dengan sabar menemani dan menghibur Cheryl yang semakin lemah. Dia pun semakin jarang tersenyum. Cheryl lebih sering termenung mengingat masa – masa indahnya bersama Kenzo. Dan tanpa sadar, saat mengingat hal itu, air mata mengalir dari kedua matanya.
“Cheryl, aku mau pamit pulang dulu. Mau ambil baju ganti buat aku sama si Alan. Biar Alan yang nemenin kamu di sini.” Kata Ryan berpamitan. Cheryl hanya tersenyum. Ryan pun bergegas meninggalkan ruangan tersebut.
Beberapa saat setelah Ryan pergi, tiba – tiba Cheryl mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya. Alan yang panik langsung berlari memanggil dokter. Dengan segera, dokter membawa Cheryl ke ruang ICU. Dengan dibantu beberapa orang perawat, Cheryl segera dibawa ke ruang ICU untuk diberikan pertolongan. Alan pun langsung menghubungi Ryan untuk memberitahukan kabar Cheryl.
Ryan menutup telepon dari Alan tersebut. Pikirannya kacau. Tidak ada pilihan lain, dia memutuskan untuk menghubungi Kenzo. Meskipun Cheryl melarangnya, dia tidak tahan bila Kenzo tetap menyimpan rasa benci kepada Cheryl yang sudah menderita.
“Halo.” Jawab Kenzo.
“Halo, Kenzo buruan loe datang ke rumah sakit. Atau kalo nggak, loe bakal nyesel untuk selamanya.” Kata Ryan.
“Maksud loe apa?” Tanya Kenzo penasaran.
“Cheryl.”
“Kenapa si Cheryl?” perasaan Kenzo mulai tidak enak.
“Cheryl masuk masa krisis. Selama ini dia mengidap kanker otak. Tapi, karena nggak pengen bikin loe sedih, dia ngerahasiain semua itu dari loe. Sebenernya dia udah ngelarang gue buat kasih tau loe. Tapi gue nggak tahan. Udah deh, sekarang dia ada di ICU. Cepet ke sini.” Jawab Ryan yang kemudian menutup telepon.
Mendadak tubuh Kenzo bergetar. Jantungnya berdetak kencang. Air matanya perlahan jatuh. Dia pun segera melangkah, semakin cepat dan semakin cepat. Dia berlari secepat mungkin untuk segera sampai ke rumah sakit. Dalam hatinya kini hanya muncul perasaan bersalah atas Cheryl. Semakin cepat dia berlari, semakin deras air mata yang mengalir, dan semakin besar perasaan bersalahnya kepada Cheryl.
***
Sesampainya di lorong menuju ruang ICU, dia melihat Alan yang berdiri menghadap ke arahnya dengan kepala tertunduk. Dia pun berjalan perlahan dengan kepala menunduk berusaha tidak menghiraukan keberadaan Alan. Saat akan melewati Alan, tiba – tiba Alan menarik tangannya.
“Berhenti bentar.” Kata Alan. Kenzo tidak bergeming mendengar kata – kata Alan. Alan langsung meraih tangan Kenzo, kemudian meletakkan cincin yang pernah diberikan Cheryl kepadanya di tangan Kenzo.
“Gue pengen balikin cincin ini ke loe, sesuai amanat dari Cheryl. Selama ini, apa yang loe liat antara gue sama Cheryl, pertemuan gue sama dia di taman, semuanya cuma sandiwara. Sebenernya, gue nggak mau. Tapi, karena Cheryl bener – bener memohon, gue nggak tega dan gue pun akhirnya bantu dia. Cheryl ngelakuin semua ini supaya loe anggap dia cewek yang jahat. Sehingga ketika dia meninggal, loe nggak ngerasa kehilangan dia, dan bisa cepet ngelupain dia. Tapi, kayaknya gue sama Ryan nggak bisa tahan ngejaga rahasia yang bikin Cheryl tambah menderita di saat terakhirnya. Terpaksa Ryan manggil loe ke sini. Simpen baik – baik tu cincin karena susah cari cewek sebaik dan sekuat Cheryl.” Kata Alan menjelaskan.
Kenzo tidak mengatakan apa – apa. Tapi, perasaan bersalahnya justru semakin besar. Dia segera berlari ke pintu ruang ICU yang tertutup. Dia menangis dan berteriak memanggil nama Cheryl.
Di dalam ruang ICU, dokter berusaha menolong Cheryl yang semakin lemah. Cheryl yang seolah tahu akan segera pergi, hanya tersenyum diiringi air mata yang mengalir dari mata indahnya yang sayu. Dan itu adalah air mata terakhir Cheryl karena setelahnya Cheryl memejamkan mata untuk selama – lamanya. Cheryl telah pergi.
Pintu ruang ICU terbuka. Kenzo yang sedari tadi menunggu terlihat shock, melihat perawat mendorong ranjang yang di atasnya ternyata adalah Cheryl yang telah pergi meninggalkannya untuk selamanya. Air mata Kenzo kembali mengalir deras, mengiringi kepergian Cheryl dari hadapannya. Dia berusaha berlari mengejar, tapi Ryan dan Alan dengan sigap menahan Kenzo. Kenzo pun ambruk tak sadarkan diri.
***
Prosesi pemakaman telah selesai. Orang – orang sudah meninggalkan areal pemakaman. Tapi Kenzo, ditemani Alan dan Ryan masih berada di situ. Kenzo masih enggan meninggalkan Cheryl yang telah terbaring. Matanya sembab karena tak berhenti menangis. Tiba – tiba dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ternyata cincin yang dulu dia berikan pada Cheryl. Kenzo pun bersimpuh dan meletakkan cincin itu di depan pusara Cheryl sebagai tanda mata perpisahan. Sebuah tanda mata perpisahan untuk seorang gadis yang telah menjaga segenap hati dan cintanya sampai hembusan nafas yang terakhir.
[END]
Tweet
0 comments:
Post a Comment
Abis baca artikelnya, kasih komentar ya.. Supaya artikel selanjutnya bisa lebih bagus... ^^