Chapter sebelumnya, ada konflik antara Evan dan Rara tentang masa lalu Kenzo dan Rara. Lho.. Kenzo sama Rara? Tapi masa lalu yang mana? Pengen tahu? Cekibrott!! ^^.
Cerita Tentang Kita II | Sebuah Ikatan, Chapter - 6
**flashback**
Kenzo sedang sibuk membuat lukisan dari foto Rara yang dia pegang. Di
sampingnya, ada Evan yang sabar menemani Kenzo menyelesaikan lukisannya.
“Sob. Loe yakin mau kasihin lukisan ini ke Rara?” tanya Evan ragu-ragu.
“Yakinlah sob. Soalnya cuma ini yang gue punya. Gue di sini kan hidup
sendiri, duit dari ortu harus gue atur bener-bener buat kebutuhan gue. Dan gue
yakin, Rara pasti suka sama lukisan ini.” Jawab Kenzo yang masih sibuk
menggoreskan kuasnya ke kanvas. Evan hanya tersenyum melihat sahabat terbaiknya
itu dengan tulus menyelesaikan lukisan itu. Namun Evan merasa kasihan karena
Kenzo tampak begitu pucat karena telat makan.
“Kenzo, Evan. Berangkat jam berapa nih?” tanya Tara yang tiba-tiba
nyelonong masuk.
“Elo Tar. Permisi dulu kenapa? Jangan asal nyelonong gitu.” Kata Evan
memarahi Tara.
“Sori Van. Soalnya udah jam 7 nih. Kan pesta ulang tahunnya si Rara
udah mulai.” Kata Tara menjelaskan.
“Yuk berangkat. Lukisannya udah selesai.” Kata Kenzo mantap. Dia sudah
menenteng lukisan yang tertutup kain putih. Dengan mobil Tara, mereka bergegas
meluncur ke tempat pesta Rara.
Sesampainya di sana, suasana tampak ramai. Begitu banyak teman Rara
yang diundang. Dengan segera, Kenzo ditemani Evan dan Tara pun bergegas masuk.
Dengan hati-hati, Kenzo membawa lukisannya. Dia menoleh ke sana ke mari mencari
di mana Rara berada. Karena tak kunjung ketemu, Kenzo pun bertanya ke salah
seorang tamu.
“Rara di mana ya?” tanya Kenzo ke salah seorang tamu.
“Oh, Rara kayaknya lagi di kolam renang belakang tadi.” Jawab Tamu itu.
Kenzo pun bergegas mengajak Evan dan Tara ke sana.
“Evan, Tara. Yuk.” Ajak Kenzo bersemangat. Evan tampak kasihan melihat
semangat yang dibalut tubuh lemah dan wajah pucat Kenzo. Mereka bertiga
berjalan menuju ke kolam renang yang berada di halaman belakang rumah Rara.
Tapi langkah kaki Kenzo mendadak terhenti, tubuhnya bergetar hebat. Evan dan
Tara pun ikut menghentikan langkah mereka.
“Kok berhenti Zo?” tanya Tara ke Kenzo.
“Iya sob. Kok mendadak berhenti kenapa?” Evan juga bertanya ke arah
Kenzo. Tapi Kenzo tidak menjawab.
Mulut Kenzo terkunci melihat pemandangan yang ada di depan matanya saat
ini. Tara dan Evan yang mengetahui hal itu pun ikut memandang ke arah pandangan
Kenzo. Mereka pun juga terkejut. Tara ikut-ikut berdiri mematung. Mereka
melihat Rara sedang berciuman dengan sangat mesra dengan seorang lelaki. Tak
lama, Rara pun menyadari kehadiran Kenzo-Evan-Tara. Dia pun nampak gugup.
“Eh, Kenzo.” Kata Rara sambil merapikan rambut dan bajunya. Kenzo
tersenyum kecut. Lukisan yang daritadi dia pegang dia letakkan begitu saja.
Kemudian dengan langkah gontai, dia pergi meninggalkan tempat itu.
“Kenzo. Tunggu!” teriak Tara berlari mengikuti Kenzo.
“Keterlaluan loe Ra! Mainin perasaan tulus Kenzo! Dasar cewek murahan!
Loe gak pantes nerima apapun dari Kenzo!” kata Evan penuh amarah. Evan kemudian
berlari mengejar Kenzo dan Tara.
Rara kebingungan karena dia tertangkap basah oleh kedua mata Kenzo.
Dilihatnya lukisan Kenzo yang tergeletak dan masih tertutup kain putih. Setelah
disingkapkan, nampaklah lukisan wajahnya yang begitu cantik. Goresan kuas Kenzo
yang begitu tulus, yang kini hanya tergeletak begitu saja. Tak lagi punya arti.
Rara pun bergegas mengejar Kenzo.
Sesampainya di luar rumah Rara, Tara berhenti sejenak mengatur
nafasnya. Tapi dilihatnya Kenzo yang nampak terus berjalan tanpa arah,
melangkah menuju jalan raya yang ramai. Apalagi mendadak hujan turun dengan
deras.
“Kenzo!!” teriak Tara melihat tubuh Kenzo terhempas setelah dihantam
mobil yang melaju. Evan yang baru bisa menyusul Tara, kemudian berlari diikuti
Tara ke tempat Kenzo terjatuh.
“Kenzo! Loe gakpapa kan?!” teriak Evan kebingungan. Dari belakang,
muncul Rara yang kemudian jatuh terduduk melihat kondisi Kenzo.
***
Kenzo duduk di beranda rumahnya
sambil memegangi kuas lukis. Benda yang tak pernah lagi dia gunakan semenjak
dia memutuskan untuk konsentrasi ke kuliahnya, dan fokus ke cita-citanya
mengikuti jejak Papa sebagai seorang System Analyst. Tiba-tiba pikirannya
kembali melayang memikirkan Rara yang dulu dia kagumi. Seseorang yang dulu
membuatnya kehilangan semua logika dan meruntuhkan rasionalitasnya. Kemudian
bayangan Rara itu tiba-tiba kabur dan mendadak berubah menjadi bayangan sosok
Emily yang sederhana dan begitu bertolak belakang dengan Rara.
“Emily. Anaknya lucu, baik,
sederhana. Tapi cantik, senyumnya juga manis.” Kata Kenzo.
“Hayo. Emily siapa?” tanya Mama
yang tiba-tiba muncul kemudian duduk di samping Kenzo.
“Eh, Mama. Apaan sih.” Kata Kenzo
gelagapan berusaha menyembunyikan rasa malunya. Mama hanya tersenyum.
“Kenzo, yang tadi kamu suruh
nganterin Alea itu siapa? Pacarnya Alea?” tanya Mama.
“Bukan. Namanya Evan Ma, temen
Kenzo di kampus Ma. Orangnya baik dan Kenzo percaya dia bisa ngejagain Alea.”
Jawab Kenzo.
“Tapi kayaknya cocok deh sama
Alea.” Kata Mama. Kenzo mengangguk tanda setuju.
“Haha. Mama bisa aja deh.” Kata
Kenzo.
“Malam ini, malam terakhir
makrab. Berarti besok pagi Alea udah pulang ya?” Tanya Mama ke Kenzo.
“Iya Ma. Mama sih, gak jadi
dateng ke tempat makrab buat kasih kejutan buat Alea.” Kata Kenzo.
“Kenzo, bisa baikan lagi sama
Alea waktu itu udah cukup. Mama udah seneng.” Kata Mama sambil tersenyum. Kenzo
memandang senyum Mamanya yang menggambarkan kebahagiaan.
“Iya Ma. Kenzo juga seneng,
karena Alea bisa berangkat dengan perasaan bahagia setelah dapet hadiah
terindah, yaitu Mama pulang.” Kata Kenzo sambil tersenyum.
“Kenzo, ada yang mau Mama omongin
sama kamu.” Kata Mama dengan nada serius.
“Ada apa Ma?” tanya Kenzo
penasaran.
“Gini, ini tentang Papa. Alasan
kenapa Papa gak ikut pulang. Dan alasan sebenarnya kenapa Mama pulang ke sini.”
Jawab Mama.
***
Apel sore baru saja selesai
dilaksanakan. Malam harinya, karena merupakan malam makrab terakhir, akan
diadakan acara pensi sebagai acara penutup dan masing-masing kelompok
diharuskan menampilkan satu atraksi hiburan. Kelompok Alea masih kebingungan
menentukan hiburan apa yang akan mereka tampilkan.
“Eng, temen-temen. Ada yang punya
usul gak mau nampilin apa?” tanya Tika di rapat kelompok.
“Aduh, gue gak tau deh. Kalo soal
gituan gue nyerah.” Jawab Wisnu. Gian, Mars, serta Venus juga buntu dan tak
memiliki ide.
“Kalo nyanyi aja gimana?” Nissa
pun memberikan usul.
“Terus, yang nyanyi siapa?” tanya
Emily. Nissa hanya nyengir karena dia juga bingung harus menentukan siapa yang
akan tampil.
“Gue aja deh.” Celetuk Liana
tiba-tiba. Semuanya pun kaget.
“Beneran Li?” tanya Alea. Dengan
mantap, Liana pun mengangguk. Tak berapa lama, Gea datang dengan membawakan
sebuah gitar.
“Itu, gitar siapa?” tanya Mars.
“Gitar gue lah. Emang punya
siapa.” Jawab Liana cuek. Liana pun kemudian duduk dan mulai memainkan
gitarnya. Disusul dengan bait demi bait lirik lagu dia nyanyikan hingga
selesai. Semua yang daritadi mendengarkan Liana menyanyi pun hanya bisa melongo
karena dibuat kagum oleh permainan dari Liana.
“Keren.” Kata Emily. Liana pun
hanya tersenyum malu. Gea, diikuti Alea dan yang lainnya pun bertepuk tangan
untuk Liana.
***
Acara pensi dimulai. Dimulai
dengan penampilan Wayan yang mengundang decak kagum, disusul dengan satu
persatu penampilan dari masing-masing kelompok mahasiswa baru. Dan akhirnya
tiba giliran kelompok Alea. Dengan perlahan, Liana maju ke atas panggung dengan
menenteng gitarnya.
“Eh Tar. Bukannya itu temennya
Alea yang galak itu kan?” tanya Wayan kepada Tara.
“Iya. Liana namanya.” Jawab Tara.
“Oh. Liana.” Kata Wayan.
“Evan di mana sih Yan?” tanya
Tara.
“Gak tau gue. Di depan kali lagi
cari angin.” Jawab Wayan sekenanya. Tara pun pergi keluar mencari Evan.
Sedangkan Wayan tetap duduk di tempatnya dan melanjutkan acara pensi.
“Kenalin, nama gue Merliana
Melodi, biasa dipanggil Liana. Gue mahasiswa sastra dan di sini gue mau
nyanyiin sebuah lagu, Cerita Tentang Kita.” Kata Liana memperkenalkan diri.
Kemudian jemari Liana mulai memainkan senar gitar dengan terampil. Menciptakan
alunan melodi yang begitu indah.
Liana pun mulai bernyanyi.
Denting dawai gitarnya yang mengalun bersahut-sahutan mengiringi suara Liana
yang begitu merdu. Seluruh ruangan pun dibuat takjub. Tiba-tiba ada suara gitar
lain yang ikut terdengar. Permainan yang berbeda, namun alunan nadanya begitu
padu dengan permainan Liana. Permainan gitar dari… Wayan dan dia pun ikut
bernyanyi di samping Liana. Seluruh penonton pun bersorak. Liana tersenyum
kepada Wayan, begitu pula sebaliknya. Mereka berduet dan berhasil menghipnotis penonton
untuk ikut bernyanyi.
***
Tara masih sibuk mencari Evan. Di
tengah jalan, dia bertemu Rara dan mereka berdua pun berjalan bersama mencari
Evan.
“Tar. Itu Kenzo kan?” tanya Rara
ke Tara sambil menunjuk. Tara pun melihat ke arah yang ditunjuk Rara.
“Iya bener. Ada Evan juga. Eh,
itu sama siapa?” kata Tara.Tara diikuti Rara pun mendekat ke tempat Evan yang
sedang berbincang dengan Kenzo dan Mamanya.
“Jadi gitu Van. Gue pengen loe
mau ngejagain Alea buat gue.” Kata Kenzo.
“Iya nak Evan. Tante percaya,
kamu bisa ngejagain Alea selama Kenzo pergi.” Kata Mama Kenzo. Evan pun
mengangguk tanda setuju.
“Terus, Kenzo mau pergi berapa
lama tante?” tanya Evan.
“Mungkin setengah tahun.” Jawab
Mama Kenzo.
“Berarti loe gak bisa lulus tahun
depan dong Zo?” tanya Evan.
“Ya, mau gimana lagi Van. Gue
harus ambil cuti kuliah. Kasian Papa gue.” Jawab Kenzo.
“Yaudah. Mama ke mobil dulu ya.
Kamu terusin dulu ngobrolnya.” Kata Mama Kenzo kemudian meninggalkan Kenzo dan
Evan.
“Evan, Kenzo.” Panggil Tara
dengan nafas ngos-ngosan karena berlari. Di belakang Tara, ada Rara yang tak
berani menyapa Kenzo karena mendapat tatapan tajam dari Evan.
“Loe Tar. Alea di mana?” tanya
Kenzo.
“Masih di dalem, ikut acara
pensi.” Jawab Tara. Kenzo melempar senyum ke arah Rara.
“Hai Ra.” Sapa Kenzo.
“H..hai.. Kenzo.” Jawab Rara
terbata-bata.
“Guys, ke tempat pensi yuk.” Ajak
Kenzo. Mereka pun ke gedung hall untuk menonton acara pensi.
Sesampainya di sana, Liana dan
Wayan baru saja selesai menyanyikan lagu kedua. Diikuti sorak dan tepuk tangan
mahasiswa baru peserta makrab yang lain. Di antara para peserta makrab itu,
pandangan Kenzo langsung tertuju ke arah Alea dan Emily yang tampak begitu
senang.
“Suara loe keren. Permainan gitar
loe juga bagus.” Puji Wayan ke Liana.
“Biasa aja kali kak. Kak Wayan
lebih jago deh kayaknya.” Kata Liana membalas pujian Wayan.
“Eitss.. Ada yang abis duet nih.”
Kata Tara tiba-tiba yang membuat Wayan dan Liana salah tingkah. Satu jitakan
dari Liana pun melayang ke kepala Tara.
Kenzo, Evan, Wayan, Liana, dan
Rara pun tertawa melihat Tara memegangi kepalanya yang kesakitan. Kenzo pun
menyingkir dari situ dan berjalan ke arah Alea. Mengajak Alea keluar.
“Emily, pinjem Aleanya bentar
ya.” Kata Kenzo ke Emily sambil tersenyum. Emily yang gugup tak mampu berkata
apa-apa dan hanya mengangguk pelan. Kenzo pun mengajak Alea keluar dan kemudian
mereka berdua ngobrol.
“Kakak.” Panggil Alea.
“Iya Al. ada apa?” tanya Kenzo.
“Kok kakak ke sini? Kan harusnya
istirahat. Malem-malem naik motor.” Kata Alea sambil manyun.
“Alea. Kakak ke sini pake mobil,
bareng Mama.” Kata Kenzo menjelaskan.
“Terus, Mama?” tanya Alea.
“Mama di mobil.” Kata Kenzo.
Kenzo kemudian menyodorkan sebuah kotak hadiah ke Alea.
“Dari papa.” Kata Kenzo pelan.
to be Continue...
Mungkin 2 atau 3 Chapter lagi bakal selesai nih.. :'(