Blogger templates

Pages

03 October 2012

Cerita Tentang Kita II | Sebuah Ikatan, Chapter - 6

Chapter sebelumnya, ada konflik antara Evan dan Rara tentang masa lalu Kenzo dan Rara. Lho.. Kenzo sama Rara? Tapi masa lalu yang mana? Pengen tahu? Cekibrott!! ^^.


Cerita Tentang Kita II | Sebuah Ikatan, Chapter - 6

**flashback**
Kenzo sedang sibuk membuat lukisan dari foto Rara yang dia pegang. Di sampingnya, ada Evan yang sabar menemani Kenzo menyelesaikan lukisannya.
“Sob. Loe yakin mau kasihin lukisan ini ke Rara?” tanya Evan ragu-ragu.
“Yakinlah sob. Soalnya cuma ini yang gue punya. Gue di sini kan hidup sendiri, duit dari ortu harus gue atur bener-bener buat kebutuhan gue. Dan gue yakin, Rara pasti suka sama lukisan ini.” Jawab Kenzo yang masih sibuk menggoreskan kuasnya ke kanvas. Evan hanya tersenyum melihat sahabat terbaiknya itu dengan tulus menyelesaikan lukisan itu. Namun Evan merasa kasihan karena Kenzo tampak begitu pucat karena telat makan.
“Kenzo, Evan. Berangkat jam berapa nih?” tanya Tara yang tiba-tiba nyelonong masuk.
“Elo Tar. Permisi dulu kenapa? Jangan asal nyelonong gitu.” Kata Evan memarahi Tara.
“Sori Van. Soalnya udah jam 7 nih. Kan pesta ulang tahunnya si Rara udah mulai.” Kata Tara menjelaskan.
“Yuk berangkat. Lukisannya udah selesai.” Kata Kenzo mantap. Dia sudah menenteng lukisan yang tertutup kain putih. Dengan mobil Tara, mereka bergegas meluncur ke tempat pesta Rara.
Sesampainya di sana, suasana tampak ramai. Begitu banyak teman Rara yang diundang. Dengan segera, Kenzo ditemani Evan dan Tara pun bergegas masuk. Dengan hati-hati, Kenzo membawa lukisannya. Dia menoleh ke sana ke mari mencari di mana Rara berada. Karena tak kunjung ketemu, Kenzo pun bertanya ke salah seorang tamu.
“Rara di mana ya?” tanya Kenzo ke salah seorang tamu.
“Oh, Rara kayaknya lagi di kolam renang belakang tadi.” Jawab Tamu itu. Kenzo pun bergegas mengajak Evan dan Tara ke sana.
“Evan, Tara. Yuk.” Ajak Kenzo bersemangat. Evan tampak kasihan melihat semangat yang dibalut tubuh lemah dan wajah pucat Kenzo. Mereka bertiga berjalan menuju ke kolam renang yang berada di halaman belakang rumah Rara. Tapi langkah kaki Kenzo mendadak terhenti, tubuhnya bergetar hebat. Evan dan Tara pun ikut menghentikan langkah mereka.
“Kok berhenti Zo?” tanya Tara ke Kenzo.
“Iya sob. Kok mendadak berhenti kenapa?” Evan juga bertanya ke arah Kenzo. Tapi Kenzo tidak menjawab.
Mulut Kenzo terkunci melihat pemandangan yang ada di depan matanya saat ini. Tara dan Evan yang mengetahui hal itu pun ikut memandang ke arah pandangan Kenzo. Mereka pun juga terkejut. Tara ikut-ikut berdiri mematung. Mereka melihat Rara sedang berciuman dengan sangat mesra dengan seorang lelaki. Tak lama, Rara pun menyadari kehadiran Kenzo-Evan-Tara. Dia pun nampak gugup.
“Eh, Kenzo.” Kata Rara sambil merapikan rambut dan bajunya. Kenzo tersenyum kecut. Lukisan yang daritadi dia pegang dia letakkan begitu saja. Kemudian dengan langkah gontai, dia pergi meninggalkan tempat itu.
“Kenzo. Tunggu!” teriak Tara berlari mengikuti Kenzo.
“Keterlaluan loe Ra! Mainin perasaan tulus Kenzo! Dasar cewek murahan! Loe gak pantes nerima apapun dari Kenzo!” kata Evan penuh amarah. Evan kemudian berlari mengejar Kenzo dan Tara.
Rara kebingungan karena dia tertangkap basah oleh kedua mata Kenzo. Dilihatnya lukisan Kenzo yang tergeletak dan masih tertutup kain putih. Setelah disingkapkan, nampaklah lukisan wajahnya yang begitu cantik. Goresan kuas Kenzo yang begitu tulus, yang kini hanya tergeletak begitu saja. Tak lagi punya arti. Rara pun bergegas mengejar Kenzo.
Sesampainya di luar rumah Rara, Tara berhenti sejenak mengatur nafasnya. Tapi dilihatnya Kenzo yang nampak terus berjalan tanpa arah, melangkah menuju jalan raya yang ramai. Apalagi mendadak hujan turun dengan deras.
“Kenzo!!” teriak Tara melihat tubuh Kenzo terhempas setelah dihantam mobil yang melaju. Evan yang baru bisa menyusul Tara, kemudian berlari diikuti Tara ke tempat Kenzo terjatuh.
“Kenzo! Loe gakpapa kan?!” teriak Evan kebingungan. Dari belakang, muncul Rara yang kemudian jatuh terduduk melihat kondisi Kenzo.
***
Kenzo duduk di beranda rumahnya sambil memegangi kuas lukis. Benda yang tak pernah lagi dia gunakan semenjak dia memutuskan untuk konsentrasi ke kuliahnya, dan fokus ke cita-citanya mengikuti jejak Papa sebagai seorang System Analyst. Tiba-tiba pikirannya kembali melayang memikirkan Rara yang dulu dia kagumi. Seseorang yang dulu membuatnya kehilangan semua logika dan meruntuhkan rasionalitasnya. Kemudian bayangan Rara itu tiba-tiba kabur dan mendadak berubah menjadi bayangan sosok Emily yang sederhana dan begitu bertolak belakang dengan Rara.
“Emily. Anaknya lucu, baik, sederhana. Tapi cantik, senyumnya juga manis.” Kata Kenzo.
“Hayo. Emily siapa?” tanya Mama yang tiba-tiba muncul kemudian duduk di samping Kenzo.
“Eh, Mama. Apaan sih.” Kata Kenzo gelagapan berusaha menyembunyikan rasa malunya. Mama hanya tersenyum.
“Kenzo, yang tadi kamu suruh nganterin Alea itu siapa? Pacarnya Alea?” tanya Mama.
“Bukan. Namanya Evan Ma, temen Kenzo di kampus Ma. Orangnya baik dan Kenzo percaya dia bisa ngejagain Alea.” Jawab Kenzo.
“Tapi kayaknya cocok deh sama Alea.” Kata Mama. Kenzo mengangguk tanda setuju.
“Haha. Mama bisa aja deh.” Kata Kenzo.
“Malam ini, malam terakhir makrab. Berarti besok pagi Alea udah pulang ya?” Tanya Mama ke Kenzo.
“Iya Ma. Mama sih, gak jadi dateng ke tempat makrab buat kasih kejutan buat Alea.” Kata Kenzo.
“Kenzo, bisa baikan lagi sama Alea waktu itu udah cukup. Mama udah seneng.” Kata Mama sambil tersenyum. Kenzo memandang senyum Mamanya yang menggambarkan kebahagiaan.
“Iya Ma. Kenzo juga seneng, karena Alea bisa berangkat dengan perasaan bahagia setelah dapet hadiah terindah, yaitu Mama pulang.” Kata Kenzo sambil tersenyum.
“Kenzo, ada yang mau Mama omongin sama kamu.” Kata Mama dengan nada serius.
“Ada apa Ma?” tanya Kenzo penasaran.
“Gini, ini tentang Papa. Alasan kenapa Papa gak ikut pulang. Dan alasan sebenarnya kenapa Mama pulang ke sini.” Jawab Mama.
***
Apel sore baru saja selesai dilaksanakan. Malam harinya, karena merupakan malam makrab terakhir, akan diadakan acara pensi sebagai acara penutup dan masing-masing kelompok diharuskan menampilkan satu atraksi hiburan. Kelompok Alea masih kebingungan menentukan hiburan apa yang akan mereka tampilkan.
“Eng, temen-temen. Ada yang punya usul gak mau nampilin apa?” tanya Tika di rapat kelompok.
“Aduh, gue gak tau deh. Kalo soal gituan gue nyerah.” Jawab Wisnu. Gian, Mars, serta Venus juga buntu dan tak memiliki ide.
“Kalo nyanyi aja gimana?” Nissa pun memberikan usul.
“Terus, yang nyanyi siapa?” tanya Emily. Nissa hanya nyengir karena dia juga bingung harus menentukan siapa yang akan tampil.
“Gue aja deh.” Celetuk Liana tiba-tiba. Semuanya pun kaget.
“Beneran Li?” tanya Alea. Dengan mantap, Liana pun mengangguk. Tak berapa lama, Gea datang dengan membawakan sebuah gitar.
“Itu, gitar siapa?” tanya Mars.
“Gitar gue lah. Emang punya siapa.” Jawab Liana cuek. Liana pun kemudian duduk dan mulai memainkan gitarnya. Disusul dengan bait demi bait lirik lagu dia nyanyikan hingga selesai. Semua yang daritadi mendengarkan Liana menyanyi pun hanya bisa melongo karena dibuat kagum oleh permainan dari Liana.
“Keren.” Kata Emily. Liana pun hanya tersenyum malu. Gea, diikuti Alea dan yang lainnya pun bertepuk tangan untuk Liana.
***
Acara pensi dimulai. Dimulai dengan penampilan Wayan yang mengundang decak kagum, disusul dengan satu persatu penampilan dari masing-masing kelompok mahasiswa baru. Dan akhirnya tiba giliran kelompok Alea. Dengan perlahan, Liana maju ke atas panggung dengan menenteng gitarnya.
“Eh Tar. Bukannya itu temennya Alea yang galak itu kan?” tanya Wayan kepada Tara.
“Iya. Liana namanya.” Jawab Tara.
“Oh. Liana.” Kata Wayan.
“Evan di mana sih Yan?” tanya Tara.
“Gak tau gue. Di depan kali lagi cari angin.” Jawab Wayan sekenanya. Tara pun pergi keluar mencari Evan. Sedangkan Wayan tetap duduk di tempatnya dan melanjutkan acara pensi.
“Kenalin, nama gue Merliana Melodi, biasa dipanggil Liana. Gue mahasiswa sastra dan di sini gue mau nyanyiin sebuah lagu, Cerita Tentang Kita.” Kata Liana memperkenalkan diri. Kemudian jemari Liana mulai memainkan senar gitar dengan terampil. Menciptakan alunan melodi yang begitu indah.
Liana pun mulai bernyanyi. Denting dawai gitarnya yang mengalun bersahut-sahutan mengiringi suara Liana yang begitu merdu. Seluruh ruangan pun dibuat takjub. Tiba-tiba ada suara gitar lain yang ikut terdengar. Permainan yang berbeda, namun alunan nadanya begitu padu dengan permainan Liana. Permainan gitar dari… Wayan dan dia pun ikut bernyanyi di samping Liana. Seluruh penonton pun bersorak. Liana tersenyum kepada Wayan, begitu pula sebaliknya. Mereka berduet dan berhasil menghipnotis penonton untuk ikut bernyanyi.
***
Tara masih sibuk mencari Evan. Di tengah jalan, dia bertemu Rara dan mereka berdua pun berjalan bersama mencari Evan.
“Tar. Itu Kenzo kan?” tanya Rara ke Tara sambil menunjuk. Tara pun melihat ke arah yang ditunjuk Rara.
“Iya bener. Ada Evan juga. Eh, itu sama siapa?” kata Tara.Tara diikuti Rara pun mendekat ke tempat Evan yang sedang berbincang dengan Kenzo dan Mamanya.
“Jadi gitu Van. Gue pengen loe mau ngejagain Alea buat gue.” Kata Kenzo.
“Iya nak Evan. Tante percaya, kamu bisa ngejagain Alea selama Kenzo pergi.” Kata Mama Kenzo. Evan pun mengangguk tanda setuju.
“Terus, Kenzo mau pergi berapa lama tante?” tanya Evan.
“Mungkin setengah tahun.” Jawab Mama Kenzo.
“Berarti loe gak bisa lulus tahun depan dong Zo?” tanya Evan.
“Ya, mau gimana lagi Van. Gue harus ambil cuti kuliah. Kasian Papa gue.” Jawab Kenzo.
“Yaudah. Mama ke mobil dulu ya. Kamu terusin dulu ngobrolnya.” Kata Mama Kenzo kemudian meninggalkan Kenzo dan Evan.
“Evan, Kenzo.” Panggil Tara dengan nafas ngos-ngosan karena berlari. Di belakang Tara, ada Rara yang tak berani menyapa Kenzo karena mendapat tatapan tajam dari Evan.
“Loe Tar. Alea di mana?” tanya Kenzo.
“Masih di dalem, ikut acara pensi.” Jawab Tara. Kenzo melempar senyum ke arah Rara.
“Hai Ra.” Sapa Kenzo.
“H..hai.. Kenzo.” Jawab Rara terbata-bata.
“Guys, ke tempat pensi yuk.” Ajak Kenzo. Mereka pun ke gedung hall untuk menonton acara pensi.
Sesampainya di sana, Liana dan Wayan baru saja selesai menyanyikan lagu kedua. Diikuti sorak dan tepuk tangan mahasiswa baru peserta makrab yang lain. Di antara para peserta makrab itu, pandangan Kenzo langsung tertuju ke arah Alea dan Emily yang tampak begitu senang.
“Suara loe keren. Permainan gitar loe juga bagus.” Puji Wayan ke Liana.
“Biasa aja kali kak. Kak Wayan lebih jago deh kayaknya.” Kata Liana membalas pujian Wayan.
“Eitss.. Ada yang abis duet nih.” Kata Tara tiba-tiba yang membuat Wayan dan Liana salah tingkah. Satu jitakan dari Liana pun melayang ke kepala Tara.
Kenzo, Evan, Wayan, Liana, dan Rara pun tertawa melihat Tara memegangi kepalanya yang kesakitan. Kenzo pun menyingkir dari situ dan berjalan ke arah Alea. Mengajak Alea keluar.
“Emily, pinjem Aleanya bentar ya.” Kata Kenzo ke Emily sambil tersenyum. Emily yang gugup tak mampu berkata apa-apa dan hanya mengangguk pelan. Kenzo pun mengajak Alea keluar dan kemudian mereka berdua ngobrol.
“Kakak.” Panggil Alea.
“Iya Al. ada apa?” tanya Kenzo.
“Kok kakak ke sini? Kan harusnya istirahat. Malem-malem naik motor.” Kata Alea sambil manyun.
“Alea. Kakak ke sini pake mobil, bareng Mama.” Kata Kenzo menjelaskan.
“Terus, Mama?” tanya Alea.
“Mama di mobil.” Kata Kenzo. Kenzo kemudian menyodorkan sebuah kotak hadiah ke Alea.
“Dari papa.” Kata Kenzo pelan.

to be Continue... 

Mungkin 2 atau 3 Chapter lagi bakal selesai nih.. :'(

0 comments:

Post a Comment

Abis baca artikelnya, kasih komentar ya.. Supaya artikel selanjutnya bisa lebih bagus... ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...