Kemarin abis nge-post yang bagian pertama, ada 3 chapter. Kalo belum baca, bisa klik link di bawah ini :
Chapter-1
Chapter-2
Chapter-3
Dan ini adalah bagian kedua dari cerbung 'Cerita Tentang Kita' judulnya "Sebuah Ikatan". Selamat membaca dan selamat berkomentar.. ^^.
Chapter-1
Chapter-2
Chapter-3
Dan ini adalah bagian kedua dari cerbung 'Cerita Tentang Kita' judulnya "Sebuah Ikatan". Selamat membaca dan selamat berkomentar.. ^^.
CHAPTER –1
Hari Selasa. Hari paling menjemukan untuk Alea, Emily, Liana, dan Gea
karena hari ini ada kuliah dari pak Darma, dosen yang cukup galak serta umurnya
sudah cukup tua sehingga cara mengajarnya membuat kantuk mudah menyerang.
Materi yang disampaikan pun juga cukup membuat otak jenuh. Sehingga sering
Liana harus dibangunkan oleh Emily karena ketiduran sebelum ketahuan pak Darma.
Seperti saat ini, ketika Liana tertidur dan harus mendapat hukuman karena
ketahuan pak Darma.
“Li. Buruan bangun. Li!” bisik Emily ke telinga Liana sambil mengguncangkan
kursi Liana. Nampak Liana masih tidak
bergeming. Tidurnya masih nyenyak.
“Li. Cepetan bangun. Dasar kebo.” Bisik Emily berharap Liana segera
terbangun karena pak Darma terlihat sedang berjalan ke arah mereka.
“Liana!” kata pak Darma cukup keras sehingga seluruh kelas hening dan
memusatkan perhatian ke arah pak Darma dan Liana.
“Mampus.” Batin Emily sambil menutup kedua mukanya. Namun terlihat Liana
masih terpejam.
“Liana, cepat bangun!” kata pak Darma lebih keras. Liana pun akhirnya
terbangun dan hampir terjatuh dari kursinya. Menyadari ada pak Darma di
depannya, Liana langsung bermanuver merapikan rambut panjangnya yang tak
diikat.
“I..iya pak.” Kata Liana gugup. Liana melirik ke arah Emily, Alea, dan Gea.
Tampak mereka bertiga hanya menundukkan kepala. “Mampus gue.” Batin Liana.
“Kamu pikir kamu siapa bisa seenaknya tidur di kelas saya?” tanya pak Darma
dengan nada tinggi.
“Ma..maaf pak. S..saya ngantuk, se..malam begadang ngerjain tugas pak.”
Kata Liana memberikan alasan.
“Oh. Jadi semalam kamu begadang mengerjakan tugas?” tanya pak Darma. Nada
suaranya sudah agak turun.
“I..iya pak.”
“Kalau begitu, nanti malam silakan kamu begadang lagi. Kamu tulis rangkuman
materi kuliah semester ini. Minggu depan, letakkan di meja saya! Mengerti?”
kata pak Darma. Liana kaget setengah mati. Begitu juga Emily, Alea, dan Gea.
“Ba..baik pak.” Kata Liana lemas. Pak Darma pun kembali berjalan ke depan
kelas melanjutkan materi yang tadi disampaikan.
“Mampus gue. Ngrangkum materi kuliah satu semester Cuma dikasih waktu
seminggu?” kata Liana.
“Udah Li. Tenang, nanti kita bantuin.” Kata Alea. Gea mengangguk.
“Makasih ya guys, ngrepotin kalian.” Kata Liana.
Kelas pak Darma pun selesai. Tapi nampaknya pak Darma sedang berbincang
dengan seseorang di depan pintu kelas sehingga para mahasiswa belum berani
keluar. Dan pak Darma pun berbicara kembali di depan kelas namun bukan
menyampaikan materi kuliah.
“Anak-anak, jangan keluar dulu. Ada pengumuman dari BEM. silakan kalian
dengarkan.” Kata pak Darma yang kemudian mempersilakan perwakilan BEM masuk,
Tara dan Wayan.
“Eh, itu kak Tara sama siapa?” tanya Liana ke teman-temannya.
“Itu kak Wayan, Liana.” Jawab Emily. Liana menatap Wayan dengan penasaran.
Dia pun teringat pada sesi hiburan saat acara penyambutan mahasiswa baru
beberapa minggu yang lalu, ketika ada cowok cool yang menyanyi sambil memainkan
gitar.
“Li. Kesambet ya?” tanya Alea melihat Liana melongo. Liana pun sepertinya
masih tidak menghiraukan pertanyaan Alea karena masih asyik melihat Wayan
dengan tatapan penasaran. Alea yang mengetahuinya pun tersenyum.
“Selamat siang teman-teman.” Kata Tara memberi salam.
“Saya bersama Wayan, selaku perwakilan BEM akan menyampaikan sebuah
pengumuman tentang akan diadakannya acara malam pengakraban atau makrab sebagai
lanjutan dari acara penyambutan mahasiswa baru beberapa waktu lalu. Acara
makrab ini akan diadakan mulai besok hari Jumat sampai hari Minggu. Untuk itu,
nanti pukul 3 kami mohon kehadiran kalian di hall untuk pemberitahuan lebih
lanjut. Kami mengharapkan kalian bisa datang demi kelancaran acara ini. Terima
kasih.” Kata Tara menyampaikan pengumuman.
“Oke, sebagai tambahan, acara makrab ini bersifat wajib sehingga kalian
wajib datang dan ikut.” Kata Wayan menambahkan. Setelah menyampaikan pengumuman
tersebut, Tara dan Wayan serta pak Darma meninggalkan ruang kelas. Diikuti para
mahasiswa yang juga segera keluar meninggalkan kelas.
“Kumpulnya masih jam 3, sekarang jam 2. Makan dulu yuk guys.” Kata Liana
mengajak Alea, Emily, dan Gea makan.
“Iya yuk. Aku juga udah laper nih.” Kata Alea menyetujui ajakan Liana. Gea
juga setuju.
“Sorry nih temen-temen. Kalian duluan aja ya. Aku mau ke perpus bentar mau
pinjam buku.” Kata Emily.
“Buku apaan sih Mily?” tanya Liana penasaran.
“Novel.. Hehe.” Jawab Emily sambil tersenyum.
“Mi..mily, aku nitip pinjemin kumpulan contoh karya sastra lama ya?” kata
Gea.
“Oke Gea. Aku cariin ya.” Kata Emily sambil tersenyum. Gea pun tersenyum.
“Yaudah kalo gitu. Ati2 ya, cepet nyusul.” Kata Liana. Emily mengangguk
kemudian bergegas menuju ke perpustakaan. Liana bersama Alea dan Gea pun
berjalan menuju kantin.
Sesampainya di kantin, mereka memesan makanan dan minuman. Setelah mendapat
tempat duduk, mereka bertiga pun makan sambil membicarakan perihal makrab.
“Eh, Alea. Makrab tu acara gimana nanti?” tanya Liana ke Alea.
“Aduh Li, mana aku tahu. Aku kan bukan panitia.” Kata Alea.
“Ya siapa tau kak Kenzo cerita ke kamu.” Kata Liana.
“Yah. Kak Kenzo gak bakalan mungkin cerita deh. Dia kan orangnya
profesional banget. Sekalipun aku adiknya, dia gak bakalan kasih tahu meskipun
aku sampe sujud-sujud.” Terang Alea.
“Waduh. Sampe segitunya.” Kata Liana.
Saat mereka sedang menikmati makanan dan minuman mereka sambil mengobrol,
mata Alea menangkap sosok Ve di bangku pojokan sedang mencuri pandang ke
arahnya. Dalam hati, Alea mati-matian untuk tidak menaruh rasa benci pada Ve.
Tapi dia merasa begitu sulit membuang rasa bencinya kepada Ve atas apa yang
sudah terjadi pada Kenzo. Segera saja Alea mengalihkan pandangannya dan segera
bergabung kembali dalam obrolan bersama Liana dan Gea.
“Oiya guys. Kalian jadi bantuin gue kan?” tanya Liana.
“Ngerjain tugasnya pak Darma tadi?” tanya Alea.
“Iya. Bisa bayangin kan, materi satu semester dikerjain Cuma seminggu. Bisa
gila gue kalo ngerjain Cuma sendiri.” Kata Liana mengeluh.
“Kita bantuin kok Liana. Tenang aja.” Kata Gea sambil menepuk pundak Liana.
Alea juga mengangguk membenarkan kata-kata Gea.
“Makasih ya Gea, Alea. Kalian emang sahabat gue yang paling baik.” Kata
Liana. Mereka bertiga pun tersenyum satu sama lain. Saat itu, tiba-tiba ada
seseorang yang mendekat.
“Hai, boleh gabung?” ternyata Ve.
“Bo..boleh kok kak.” Kata Gea gugup.
“Iya kak, mari duduk.” Kata Liana agak cuek
“Makasih ya.” Kata Ve kemudian duduk di samping Liana, tepat di depan Alea.
Namun nampak Alea sama sekali tak memperhatikan Ve. Dia berusaha membuang
pandangan.
“Hi Alea.” Sapa Ve ke Alea. Alea pun menoleh ke arah Ve, namun dengan
pandangan penuh rasa amarah. Dan segera dia bangkit kemudian beranjak pergi.
“Temen-temen, aku nyusul Emily ke perpus dulu ya. Daa.” Kata Alea pamit
kemudian meninggalkan Liana dan Gea bersama dengan Ve. Nampak Ve terhenyak
melihat tatapan mata tajam Alea dan sikap dingin Alea kepadanya.
Di perjalanan menuju perpustakaan, Alea masih terlihat menyesali sikapnya
ke Ve. Tapi dia merasa cukup sulit untuk memaafkan Ve. Apa yang sudah terjadi
pada Kenzo, hingga Kenzo harus masuk rumah sakit.
“Al.” Sapa seseorang dari belakang Alea tiba-tiba. Alea pun berhenti
kemudian menoleh.
“Kakak?” kata Alea kaget melihat Kenzo berdiri dengan senyuman jahilnya. Di
kepalanya masih terlihat perban yang belum dilepas.
“Kok kakak udah ke kampus? Bukannya belum boleh pulang sama dokter?” tanya
Alea.
“Kata siapa belum boleh pulang? Tadi dokter bilang kalo kakak udah boleh
pulang. Nih dikasih oleh-oleh.” Kata Kenzo sambil menunjuk kantong kresek putih
di tangan kirinya.
“Oleh-oleh apaan kak?” tanya Alea penasaran.
Kenzo pun membuka kantong kresek itu. Alea melongo, ternyata berisi
obat-obat yang harus dikonsumsi Kenzo untuk penyembuhan.
“Ih, kakak nih apaan sih. Ini kan obat, masa dibilang oleh-oleh.” Kata Alea
sambil mencubit hidung Kenzo dengan gemas.
“Aauwwww. Alea ini hidung, bukan mainan. Sakit tau.” Kata Kenzo sambil
mengusap-usap hidungnya yang memerah. Alea tertawa melihat kakaknya. Saat itu,
Evan pun datang bergabung.
“Eh, loe udah balik dari rumah sakit bro?” tanya Evan ke Kenzo.
“Iya Van. Kata dokter udah boleh balik. Jadi sekalian aja gue ke sini buat
nengokin adik gue yang cantik ini.” Kata Kenzo sambil mengusap rambut panjang
Alea. Alea tersipu mendapat perlakuan seperti itu dari kakaknya. Apalagi di
situ ada Evan. Melihatnya, Evan pun tersenyum. Aliran-aliran elektron pun
perlahan saling bertukar tempat di atara hati Evan dan Alea. Karena merasakan
sesuatu yang aneh pada Evan dan Alea, Kenzo pun segera mengambil inisiatif
untuk pergi meninggalkan mereka berdua.
“Eh. Al, Van. Gue ke ruang lab dulu mau ketemu dosen.” Kata Kenzo
tiba-tiba.
“Loh. Trus Alea sama siapa? Kok kakak tau-tau mau pergi sih?” kata Alea
cemberut. Kenzo pun menunjuk ke arah Evan dengan lirikan mata.
“Udah ah. Van, jagain Alea ya. Daa.” Kata Kenzo kemudian melangkah pergi.
Tinggal Evan dan Alea yang kebingungan. Berbeda ketika mereka berdua berada
di klinik, ketika mereka masih belum begitu mengenal satu sama lain. Kali ini,
sinyal-sinyal ‘rasa’ sudah cukup terasa sehingga mereka nampak tersipu-sipu dan
hanya saling melempar senyum.
“Sekarang ada Evan yang bisa
gue percaya buat ngejagain Alea.” Batin Kenzo sambil terus berjalan. Tanpa sengaja, dia menabrak Emily yang
sedang berjalan terburu-buru hingga Emily terjatuh dan buku-buku yang dibawa
Emily jatuh berantakan.
“Aduh, maaf. Sini aku bantuin.” Kata Kenzo kemudian segera mengambil
buku-buku yang berserakan.
“Ng..gak usah kak. Gak papa kok.” Kata Emily malu-malu sambil menata
buku-bukunya yang jatuh. Dia tidak berani menatap wajah Kenzo.
Sampai tiba-tiba tangan mereka saling bersentuhan saat akan mengambil
sebuah buku. Lagi-lagi, hukum fisika tentang aliran elektron pun terjadi antara
mereka. Bedanya, aliran elektron yang ada di tubuh Emily lebih aktif. Sehingga
Emily pun terlihat begitu salah tingkah. Kenzo hanya tertawa kecil melihat
tingkah sahabat adiknya itu.
“Sekali lagi maaf ya, kamu temennya Alea kan? Eng.. nama kamu siapa?” tanya
Kenzo. Pipi Emily memerah.
“Emily kak, panggil aja Mily.” Jawab Emily malu-malu.
“Yaudah, aku mau ke kantin nemuin temen-temen dulu kak. Permisi.” Kata
Emily pamit kemudian ngacir dengan kecepatan tinggi. Kenzo sampai heran. Tapi
dalam hati dia merasa senang karena mendapatkan hiburan berupa pertunjukan
salting Emily tadi.
“Emily. Hmm. Manis juga.” Kata Kenzo kemudian melanjutkan langkah kakinya.
Setibanya di lab, Kenzo segera duduk dan menyalakan komputer. Tiba-tiba ada
seorang cewek yang masuk dan kemudian duduk di samping Kenzo.
“Hai Kenzo.” Sapa cewek itu.
“Hai Rara.” Jawab Kenzo singkat.
“Kok tumben sendirian? Tara sama yang lainnya mana?” tanya Rara.
“Gak tau. Paling pada di ruang BEM persiapan buat pengumuman nanti sore.”
Jawab Kenzo sambil sibuk berselancar di internet.
“Kenzo.” Kata Rara. Kali ini, Kenzo tak dapat bersuara karena ternyata Rara
sedang memegang tangan kanannya. Jantungnya berdegup kencang. Memang selama ini
Kenzo menyukai Rara. Tapi karena Rara tak pernah memberikan respon yang baik,
akhirnya Kenzo memilih berhenti mengejarnya.
Kenzo menoleh pelan. Nampak wajah oriental Rara dengan mata sipitnya. Juga
senyuman cantik yang dulu begitu mempesona Kenzo. Tapi kini tak lagi
mempesonanya.
“Kenapa Ra?” tanya Kenzo berusaha mempertahankan tampang juteknya. Tapi
Rara tak menjawab, justru genggamannya ke tangan Kenzo makin erat. Dan wajah
Rara makin mendekat ke wajah Kenzo.
“Rara apaan sih loe?” tanya Kenzo risih. Namun Rara tampak tak menghiraukan
kata-kata Kenzo.
Dengan perlahan, Kenzo menjauhkan wajahnya, menjauhkan pandangannya dari
wajah Rara. Hingga matanya terhenti pada sosok Emily yang tengah berdiri dengan
raut wajah kecewa. Di tangan kanan Emily, tampak plastik berisi obat milik
Kenzo. Melihat Kenzo dan Rara begitu dekat, hati Emily terasa hancur. Dia pun
menjatuhkan obat Kenzo dan kemudian berlari menjauh. Kenzo pun mundur menjauhi
Rara, kemudian berusaha mengejar Emily. Rara terdiam (Tengsin kayaknya).
“Mily! Tunggu Mily!” teriak Kenzo memanggil Emily yang
sudah berlari jauh.
Bersambung dulu ya gan....
Chapter berikutnya, sabar yaa.. ^^.
0 comments:
Post a Comment
Abis baca artikelnya, kasih komentar ya.. Supaya artikel selanjutnya bisa lebih bagus... ^^