Karena besok hari sabtu sampe minggu adalah hari libur aktivitas termasuk onlen, jadi hari ini sekalian posting chapter - 2 nya. Selamat membaca.. ^^.
CHAPTER – 2
Tunggu chapter selanjutnya yaa... ^^.
CHAPTER – 2
Alea berjalan menyusuri koridor menuju perpus. Senyum bahagia menghiasi
wajahnya. Kejadian yang cukup awkward ketika berdua bersama Evan tadi masih
memenuhi seisi ruang otaknya. Perasaan senang, canggung, malu, bercampur. Tapi
yang pasti, dia senang karena sepertinya rasa sukanya kepada Evan tidak
bertepuk sebelah tangan. Saat sedang berjalan, tiba-tiba dia melihat Emily
sedang terduduk lesu sambil memegang beberapa buku.
“Mily, kok di sini? Katanya tadi mau ke perpus.” Tanya Alea. Namun Emily hanya
diam saja. Dia masih tertunduk dan tidak menunjukkan wajahnya. Melihat keanehan
pada salah satu sahabatnya itu, Alea perlahan menunduk memperhatikan wajah
Emily.
“Lho. Mily, kamu kenapa? Kok nangis? Ada apa?” tanya Alea lagi. Emily masih
juga terdiam.
“Yaudah, kalo emang belum mau cerita. Tapi kalo mau cerita, cerita aja.
Kita kan sahabat.” Kata Alea kemudian duduk di samping Emily. Tiba-tiba dari
arah belakang muncul Kenzo.
“Mily.” Kata Kenzo. Mendengar suara Kenzo, tanpa menoleh dan melihat Kenzo,
Emily langsung berlari pergi. Alea tampak kebingungan melihat apa yang terjadi.
Saat Kenzo akan mengejar Emily, Alea pun menarik tangan Kenzo dan
mendudukkannya.
“Aduh, Alea. Kenapa sih, kakak kan mau ngejar Mily dulu.” Kata Kenzo kesal.
“Kak. Sebenernya ada apa sih kok Emily bisa sampe gitu?” tanya Alea.
“Dia salah paham Al, pas ngeliat kakak sama Rara pas di lab tadi.” Jawab
Kenzo lesu.
“Rara? Siapa tu kak? Pacar kakak?” tanya Alea lagi.
“Aduh Alea. Kamu kan tau, kalo kakak tu masih jomblo.” Jawab Kenzo.
“Terus?” tanya Alea. Kenzo menarik nafas panjang, kemudian mulai
menjelaskan semua yang terjadi. Dari kejadian Kenzo bertabrakan dengan Emily
hingga kejadian Rara yang tiba-tiba mendekatinya dan Emily melihatnya. Kenzo
juga menjelaskan siapa Rara.
“Tapi kakak bener udah nggak ada rasa sama kak Rara kan?” tanya Alea.
“Bener Alea. Serius deh.” Jawab Kenzo bersungguh-sungguh. Melihat raut
wajah kakaknya, Alea pun yakin. Tapi kemudian muncul pikiran jahil Alea.
“Terus, kok kakak kayaknya ngebet banget ngejar Mily mau ngejelasin ini
semua?” tanya Alea dengan nada menggoda.
“Ha? Eh..Eng..Anu..Umm.” Kenzo kehilangan kata-kata. Dia pun kemudian mulai
berpikir, kenapa juga dia sampai ngos-ngosan mengejar Emily? Padahal dia da
Emily tak ada hubungan.
Alea masih menunggu jawaban dari Kenzo. Tapi nampak kebingungan di wajah
Kenzo, sehingga Alea pun mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh kepada
Kenzo.
“Yaudah kak. Biar nanti Alea jelasin ke Mily. Tenang aja.” Kata Alea sambil
menepuk pundak Kenzo.
“Makasih ya Al.” Kata Kenzo. Alea tersenyum sambil mengacungkan dua
jempolnya.
“Oiya, bentar lagi jam 3 lho. Buruan ke hall gih. Supaya gak ketinggalan.”
Kata Kenzo mengingatkan Alea.
“Oke kakakku sayang. Alea duluan ya. Kakak buruan nyusul lho.”
“Sip”. Kata Kenzo. Alea pun bergegas pergi menuju Hall.
***
Alea bersama Emily, Liana, dan Gea serta mahasiswa baru lainnya sudah
berkumpul di hall untuk mendengarkan pengumuman lebih lanjut seputar acara
makrab. Beberapa mahasiswa anggota BEM nampak masuk ke hall termasuk Tara, Evan,
dan Wayan. Namun tak nampak batang hidung Kenzo.
“Selamat sore semuanya.” Kata Tara membuka acara.
“Eh, kak Kenzo mana ya?” Liana melempar pertanyaan ke teman-temannya.
“Paling masih jalan ke sini.” Jawab Alea. Emily nampak acuh. Alea pun
segera menyampaikan sesuatu ke Emily.
“Mily, nanti ngobrol sama aku bentar ya.” Kata Alea agak berbisik ke
telinga Emily. Emily pun mengangguk. Alea tersenyum. Kemudian mereka kembali
memperhatikan pengarahan yang disampaikan Tara.
“Pertama-tama, silakan kalian berbaris sesuai dengan instruksi dari kak
Evan.” Kata Tara.
Evan langsung bergerak. Dia memberi aba-aba agar para maru (mahasiswa baru
– red) membuat barisan 10 bersaf (10 menyamping). Tak butuh waktu lama, barisan
sudah tertata rapi.
“Oke, barisan sudah terbentuk. Sekarang, silakan kalian lihat teman-teman
pada barisan kalian. Mereka akan menjadi anggota kelompok kalian selama acara
makrab nanti.” Kata Tara menjelaskan. Total ada sekitar 20 kelompok. Alea,
Emily, Liana, dan Gea berada pada satu kelompok bersama dengan 2 orang cewek
dan 4 cowok.
“Sekarang, silakan masing-masing kelompok membentuk lingkaran kecil. Kami
akan membagikan peralatan apa saja yang nanti harus kalian bawa.” Segera
barisan bubar dan terbentuk lingkaran-lingkaran kecil. Tara, beserta Wayan
dibantu anggota BEM yang lain membagikan lembar-lembar kertas berisi peralatan
yang harus dibawa oleh peserta makrab.
“Silakan kalian baca, kemudian kalian rundingkan dengan kelompok kalian.
Apabila ada yang kurang jelas, silakan kalian bertanya.”
Salah satu cowok di kelompok Alea pun meraih lembaran kertas tersebut
kemudian membacanya. Cowok berperawakan cukup tinggi dengan badan yang
proporsional. Rambutnya bergaya spike. Beberapa kali dia mengernyitkan dahi
ketika membaca. Beberapa kali pula dia melontarkan pertanyaan. Kemudian dia
mulai membuka diskusi kelompok.
“Oke teman-teman, sebelumnya kita berkenalan dulu. Nama gue Gian Baskara,
kalian bisa panggil gue Gian. Gue dari jurusan Hukum” Kata Gian memperkenalkan
dirinya.
“Gue Wisnu Eka Satria. Panggil gue, Wisnu. Gue juga dari jurusan hukum.”
Kata Wisnu, cowok berperawakan agak kecil dengan wajah yang cukup tenang.
“Anissa Rahmania. Panggil gue Nissa ya temen-temen. Gue dari jurusan
Informatika.” Nissa, cewek manis berjilbab. Senyumnya menambah pesonanya.
“Atika Ratnaputri. Panggil gue Tika aja. Gue jurusan hukum.” Tika, cewek
berambut sebahu. Sorot matanya yang begitu cemerlang menunjukkan kecerdasannya.
Berturut-turut, Alea, Emily, Liana, dan Gea memperkenalkan diri. Serta
seorang cowok dan seorang cewek yang ternyata adalah saudara kembar.
“Gue Mars Aditya, kalian bisa panggil gue Mars atau Adit. Gue jurusan
ekonomi.” Mars, cowok berperawakan kecil dengan mata agak sipit. Berkulit
putih. Rambutnya cukup panjang.
“Dan gue Venus Azalia, kakaknya Mars. Panggil gue Venus. Gue juga jurusan
ekonomi.” Venus, wajahnya sangat mirip dengan Mars. Hanya rambut ikal
panjangnya yang membedakan dia dengan Mars.
Setelah sesi perkenalan, mereka mulai membagi tugas untuk membawa peralatan
yang harus dibawa untuk makrab. Dan sebagai ketua, ditunjuk Gian. Setelah Tara
membubarkan acara tersebut, beberapa kelompok masih tampak tinggal di dalam
hall untuk berdiskusi termasuk kelompok Alea. Mereka tampak serius
mendiskusikan beberapa hal.
“Oke, semuanya udah fix. Gak ada yang merasa keberatan kan?” tanya Gian.
Semuanya menggeleng.
“Eng. Besok, jam 2 kita kumpul lagi aja. Gimana?” usul Tika. Semuanya
setuju. Mereka kemudian bergegas keluar hall dan pulang.
Sesampainya di luar hall, Alea langsung menarik Emily dan mengajaknya ke
taman kampus yang agak sepi. Mereka berdua pun duduk. Perlahan, Alea pun mulai
bertanya ke Emily mengenai apa yang terjadi antara Emily dan Kenzo.
“Emily.” “Alea.” Mereka berbicara bersamaan.
“Ada apa Alea?” tanya Emily.
“Eng, kamu duluan aja deh Mily.” Kata Alea mempersilakan Emily berbicara.
Emily diam sebentar kemudian menarik nafas panjang.
“Kak Kenzo udah punya pacar ya Al?” tanya Emily. Mendengarnya, Alea cukup
kaget. Tapi dia berusaha menutupi kekagetannya.
“Kak Kenzo tu masih jomblo Mily. Dia tu terlalu susah buat jatuh cinta.”
Jawab Alea. Emily menunduk.
“Tapi tadi kok dia sama cewek di lab komputer. Deket banget.” kata Emily.
“Kamu cemburu ya?” tanya Alea dengan nada agak menggoda.
“Ah Alea apaan sih. Aku kan bukan siapa-siapanya kak Kenzo.” Kata Emily
mengelak. Tapi nampak pipinya bersemu merah. Alea pun tersenyum melihatnya.
“Mily, kak Kenzo tadi udah cerita semuanya ke aku. Kak Kenzo juga kaget
karena tiba-tiba kejebak di situasi kayak tadi. Cewek yang kamu lihat lagi
ngedeketin kak Kenzo tu namanya Rara. Kak Kenzo pernah suka sama dia, tapi
akhirnya rasa suka kak Kenzo hilang. Jadi mereka tu nggak ada apa-apa.” Terang
Alea. Emily terdiam mendengar semua kata-kata Alea.
“Kamu suka sama kak Kenzo kan Mily?” tanya Alea. Emily masih diam. Tapi raut
muka kecewanya telah berubah menjadi raut muka bahagia.
“Gakpapa Mily, aku udah tahu kok. Eh, tau gak sebenernya kak Kenzo juga
suka lho sama kamu.” Kata Alea sambil menepuk pundak Emily.
“Alea. Kak Kenzo suka sama aku? Serius?” tanya Emily tidak percaya.
“Iya Mily. Kak Kenzo emang gak pernah cerita. Tapi pas ngeliat usaha kak
Kenzo sampe lari-lari ngos-ngosan buat ngejar kamu tadi, aku jadi tau. Kak
Kenzo tu orang yang terlalu cuek buat ngejelasin sesuatu ke orang lain kalo ada
salah paham. Sikap dia ke kamu beda sama sikap dia ke orang lain.” Jawab Alea
panjang lebar. Emily pun tersenyum kemudian memeluk Alea.
“Makasih ya Alea. Berarti aku harus minta maaf ke kak Kenzo.” Kata Emily.
Alea tersenyum.
Mereka pun bangkit berdiri dan bergegas pulang karena hari sudah sore dan
mereka harus mempersiapkan peralatan untuk makrab. Oiya... Satu lagi, mereka
harus membantu Liana menyelesaikan tugas merangkum materi kuliah Sastra Modern.
***
“Kak, aku mau ke rumah Liana dulu bantuin dia ngerjain tugas.” Kata Alea ke
Kenzo di tempat parkir.
“Kakak anterin ya?” kata Kenzo.
“Gak usah kak, aku bareng sama temen-temen naik mobilnya Emily.” Terang
Alea.
“Eh Al. Mily gimana?” tanya Kenzo penasaran.
“Ciee. Manggilnya udah Mily.” Kata Alea menggoda kakaknya.
“Ih, dasar. Ditanya apa jawabnya malah apa.” Kata Kenzo sewot.
“Semuanya lancar bos.” Kata Alea sambil mengacungkan jempolnya. Kenzo
senang mendengarnya.
“Oiya kak, kapan nih nembak Emily? Dia udah nungguin lho.” Tanya Alea lagi.
Kali ini Kenzo tak mau kalah meladeni candaan Alea.
“Kakak bakal nembak Emily kalo Evan udah nembak kamu.” Jawab Kenzo datar
kemudian diikuti dengan senyum jahil.
“Ih, kakak apaan sih.” Kata Alea malu-malu.
“Yaudah kak, Alea duluan ya. Kakak ati-ati di jalan. Kalo udah nyampe rumah
sms Alea ya.” Kata Alea.
“Iya adikku yang paling cantik.” Kata Kenzo sambil memeluk Alea.
“Daa kakak.” Kata Alea kemudian berlalu meninggalkan Kenzo. Kenzo masih
mengamati Alea yang berlari ke arah teman-temannya.
“Kamu sekarang udah gede Al. Kakak
seneng di sini, kamu punya sahabat yang baik.” Batin Kenzo. Dia pun
bergegas menyalakan motornya dan pulang. Di depan gerbang kampus, dia sempat
berpapasan dengan Alea dan teman-temannya termasuk Emily. Mata Kenzo dan Emily
sempat beradu pandang. Ada senyum di wajah mereka. Namun hanya sebentar karena
Kenzo kemudian melaju menjauh.
“Yuk guys.” Ajak Liana.
Mereka pun masuk ke mobil Emily. Di jalan, Alea yang duduk di samping Emily
melihat senyum di wajah Emily yang tak kunjung hilang.
“Ciee yang disenyumin kak Kenzo.” Kata Liana menggoda dari kursi belakang.
“Ah, apaan sih Li.” Elak Emily. Suasana pun menjadi meriah dengan kata-kata
Liana yang selalu berhasil membuat Emily selalu kehabisan kata dan salah
tingkah.
Tunggu chapter selanjutnya yaa... ^^.
0 comments:
Post a Comment
Abis baca artikelnya, kasih komentar ya.. Supaya artikel selanjutnya bisa lebih bagus... ^^